Kehidupan
Diterbitkan di Kehidupan
avatar
waktu baca 13 menit

Karma Sang Begal

Adalah Gempi dan Jaka sebentuk sosok begal terbegis di sebuah pelosok desa. Sudah berulangkali mereka melakukan tindakan hina itu, mana kala mereka seringkali lolos dari kejaran polisi. Jelas, dia bukan begal kelas karbitan. Walaupun polisi tidak bisa menangkap atau membuat mereka jera namun, Tuhan punya cara lain agar membuat mereka tersadar.

“Jek. Mana hasil begal kemarin?!”

Gempi mendudukan tubuhnya di kursi kayu di bawah pohon kina. Kedua begal itu duduk berdampingan.

“Nih bos.” Jaka menyerahkan hasil begal kemarin. Sebuah tas selempang handbag bermotif barik-barik, warnanya merah hati.

Sembari menjempit sebatang rokok kretek di bibirnya. Gempi mulai mengeluarkan satu persatu barang yang ada didalamnya.

Hp, dompet, cincin, kutang.

*kenapa harus kutang sih?*

Gempi menyerahkan hasil begalnya kepada Jaka. Nantiya barang-barang itu pindah tangan ke penadah. *kutang gak termasuk*

“Tapi … Bos gapapa?!” Jaka heran dan kagum dengan kondisi Gempi sampai sekarang Gempi masih diberi kesehatan. *persoalan*

Gempi terdiam seperti selonjor kayu. Ia melamun, pikirnnya terbelesit memasuki kilas balik waktu.

Setelah Gempi sukses jambret tas selempang itu, kendaran roda dua dalam kecepatan bak kilat yang mereka kendarai mengalami pecah ban. Jaka pun hilang kendali pada saat menghindari truk yang terisi pasir, hingga sampai motor itu menabrak pohon pisang di tepi jalan.

Namun, alangkah kagetnya saat Jaka melihat tubuh Gempi tergeletak di tengah jalan raya dan, GRAAAASS!! Perut Gempi dilindas truk bermuatan pasir, lalu apa yang terjadi kemudian?!

Gempi buru-buru lari ke arah Jaka yang sedang terperangah melihat Gempi masih dalam keadaan sehat.

Kaos putih Gempi ada bekas lindasan ban truk, di area perut ke bawah. Itu sangat membuktikan kalau Gempi memang benar-benar kelindas barusan.

“Elo tenang aja. Gue gapapa.” Lamunan Gempi pecah! Ia kembali ke alam nyata.

Jaka mengangguk ragu sebab, ia melihat kalau kesehatan Gempi kurang baik. Terutama siaratan kedua bola matanya meredup dan bibirnya pucat kesi.

“Mending bos pulang aja. Terus istirahat di rumah.” kata Jaka mulai cemas dengan kesehatan Gempi.

Dengan sudut pandang yang berbeda. Mendengar runtutan kalimat di atas, Hati Gempi serasa tersulut bara emosi, dalam pikiran Gempi. Ia dibanding-bandingkan layaknya anak kecil disuruh pulang karena hari sudah sore.

Gempi berdiri tegap membusungkan dada. Tatapannya yang menyimpan emosional mengurung gestur tubuh Jaka tengah diserang gigil lantaran takut.

Dengan tanaga yang tak lemah, tangan Gempi mencengkam kuat-kuat kerah baju Jaka.

“GUE BUKAN BOCAH YANG HARUS ELO PERHATIIN” Suara Gempi bak guntur bergema di langit. Kilatan cahaya pelir. Baca: Petir. Menyambar nyali Gempi hingga hangus terbakar!

“Maa … Maaf bos.” Suara Jaka terbata-bata.

Di detik berikutnya. Cengkeraman Gempi mulai mengendur. Bola matanya membulat kecang menunduk ke bawah, bibirnya mengangah bak orang tengah merasakan sakratul maut. Dia kelihatan mengerang hebat sambil mememang perutnya.

Kedua kakinya juga bergetar seperti ada sesuatu yang menjalar di kakinya sampai ke bagian area perut. Dan…

Sendi-sendi lututnya terasa lemas. Ia tidak tahan merasakan semua penyiksaan yang ia alami. Entah karma apa yang akan ia terima dari Tuhan. Hingga seketika tubuh Gempi tersungkur ke tanah.

Setelah 3 jam. Gempi pingsan.

Kejanggalan mulai dirasain Gempi semakin parah. Di hari yang sama, Jaka membawa Gempi ke Rumah Sakit.

Di dalam kamar rumah sakit. Jaka duduk tercenung sembari menunggu hasil ronsen. Sedangkan Gempi hanya bisa berbaring dan merintih hebat.

“Perut gue sakit banget Jek, gue udah gak kuat. Pengen buru-buru mati aja. Daripada tersiksa kayak gini.” Rintihan Gempi membatin sembari mencengkam perutnya kuat-kuat.

“Elo harus sabar, mungkin ini cobaan dari Tuhan.” kata Jaka mencoba menguatkan jiwa Gempi.

Selepas dari itu, dokter pun masuk kedalam ruangan. Menyerahkan hasil ronsennya. Setelah dironsen, hasilnya sangat mengejutkan. Organ dalam Gempi benar-benar makin rusak dan membusuk. Jelas Gempi dan Jaka shock banget.

Isi perut Gempi ternyata sudah hancur dan membusuk Ginjal Gempi rusak parah. Lambungnya pecah berantakan. Ususnya menghitam. Saluran kemihnya membelatung karena pembusukan itu. Benar-benar mengerikan.

“Kerusakannya terlalu parah. Sama seperti kasus luka di kaki pada penderita diabetes. Solusinya amputasi. Itu tak mungkin kita lakukan … Jika kerusakannya ada di area perut. Saya benar-benar tidak paham. Belum pernah saya menjumpai infeksi separah ini pada organ dalam.” Kata dokter.

Gempi masih bertahan, bertahan dalam kesakitan yang ga bisa dijelasin sama kata-kata. Dicabut nyawa bakal sejuta kali lebih baik daripada bertahan. Tapi Tuhan sepertinya ga mengizinkan.

2 hari kemudian.

Semua keluarganya berkumpul disitu. Tiap hari mereka memanjatkan doa buat Gempi. Bukan buat kesembuhannya, melainkan buat meminta izin-Nya supaya Gempi berpulang dengan tenang.

Beberapa jam kemudian, ketika doa-doa masih terpanjat buat Gempi, datanglah Ustad Pi’i yang udah cukup uzur. Dia didampingi Jaka. Orangtua itu mendekati Gempi.

“Gempi, Coba ingat-ingat lagi apa dosamu?” Tanyanya. Gempi menggelengkan kepalanya. Dia masih merintih hebat. Sedangkan Jaka terperanjat mendengar pertanyaan itu, pikirnya berkelana mengingat kejadian beberapa tahun silam.

“5 tahun lalu, saya mengantar Gempi. Memasangkan susuk di tubuhnya. Mungin ini yang membuatnya menderita seperti ini” Jaka menangis kerung.

“sekarang saya akan mencoba melepas susuknya. Mudah-mudahan ini akan mengakhiri penderitaan Gempi.” kata ustad Pi’i

Tidak ingin membuang waktu, orang tua itu mengambil posisi. Dia mengelus-elus perut Gempi perlahan. Mulutnya komat kamit, seperti membacakan mantera. Semua yang menyaksikan adegan itu terlihat tegang. Apa ini akan berhasil? Benarkah susuk itu penyebab penderitaan Gempi?

Orang tua itu terlihat seperti mencabut sesuatu dari perut dan lengan, 4 kali. Mungkin susuk yang dimaksud.

“Saya sudah mencabut semua susukmu. Kamu beristirahatlah dengan tenang.” Tutup orang tua itu. Dia mengelus dahi Gempi.

Ternyata benar. Tidak kurang dari 15 detik kemudian, Gempi pun meregang nyawa. Berkat orang tua itu, akhirnya Gempi menghebuskan napasnya yang terakhir. Penderitaan Gempi berakhir. Kepergiannya tentu aja disambut isak tangis keluarga. Mudah mudahan semua dosa-dosanya diampuni.

2 hari selepas kepergian Gempi.

Pemuda yang bernama Jaka, dia tersungkur, bersujud meminta ampun

kepada Tuhan.

Cerpen dengan judul "Karma Sang Begal", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Karma Sang Begal merupakan cerita pendek karangan Faisal Fajri, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Kehidupan, atau cerpen menarik lainnya dari Faisal Fajri.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 3 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Faisal Fajri? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar