Hana hanieva ya itulah namaku. aku putri dari seorang kyai pemilik pondok pesantren terbesar di kalimantan. nama abiku kyai hada dan ummiku fatiya swastika. aku anak satu-satunya dari kyai hada dan ummi fati.
Aku sekolah di sekolah islam. aku kelas 11 di aliyyah atau muallimiena.
Pada hari jum’at ialah hari liburku, abi mengajaku ke pondok pesantren milik abi. awalnya aku menolak karena malas namun ummi memberiku nasihat yang membuatku akhirnya mau beranjak dari tempat tidurku.
“Hana hari ini kan kamu libur, ikut abi yuk ke pesantren.” ajak abiku seraya tersenyum.
“Umm.. gak deh bi hana malas ke pesantren. lebih baik hana di rumah saja.” ucapku mencari alasan.
“Ehhh.. anak ummi kok malas sih? sudah dibisikin syaiton tuh..” ujar ummi.
“Ih ummi apasih..” aku pura-pura ngambek.
“Ayolah sayang.. ikut abi sekali-sekali saja. lagipun nantikan pondok pesantren akan abi sershkan ke tangan kamu, jadi kamu harus tahu keadaan pesantren gimana? nah kan mereka gak tahu anaknya kyai hada tuh mana sih? nah sekarang kamu ikut abimu biar mereka tahu dan kenal sama kamu. ayolah hana temani abimu hari ini saja.” nasihat ummi yang membuatku akhirnya mau.
“Yasudah deh mi hana ikut. hana mau mandi dulu.” ujarku lalu berlari ke kamar mandi. ummi tersenyum melihatku begitupun dengan abi.
“Abi ini ummi sudah buatkan bekal untuk makan siang nanti. ada untuk hana juga, jadi nanti siang di makan ya..” ujar ummiku sembari menyerahkan 2 kotak bekal nasi untuk nanti siang.
“Wah.. terimakasih ummi pasti abi dan hana makan.” goda abiku.
“Yasudah ummi hana pamit ikut abi dulu ya. ummi hati-hati di rumah” ucapku lalu mencium tangan ummi penuh sayang.
“Iya sayang kamu jangan nakal di sana. nurut sama abimu. ya gih hati-hati” ummiku menciumku penuh sayang.
“Iya ummi assalamu’alaikum” akupun berlari keluar rumah.
“Ya wa’alaikumussalam” balas ummiku sambil melontarkan senyum manisnya.
“Sudah siap?” tanya abiku yang sudah duduk di dalam mobil.
“Sudah bi.” jawabku sambil masuk lalu duduk di sebelah abi. setelah memakai sabuk pengaman mobil pun mulai melaju menuju pondok pesantren nurul falah.
“Abi..” panggilku.
“Ada apa hana?” sahut abi matanya masih fokus melihat ke depan dan tangannya masih sibuk menyetir.
“Nanti aku masuk asrama putri boleh?” tanyaku yang membuat abi ingin tertawa.
“Ya bolehlah hana siapa yang melarangmu?” abi tertawa karna hana.
“Hehe iya bi.” aku malu karena aku bertanya konyol. yaiyalah aku masuk asrama putri masa mau masuk asrama putra aneh-aneh aja aku ya.
Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya aku dan abi tiba di pesantren nurul falah.
Abi memarkirkan mobil dan keluar diikuti olehku.
“Hana abi mau rapat dahulu dengan pembina asrama di kantor, kamu biar tidak bosan main saja ke asrama putri ya. Ingat jangan nakal di asrama putri cobalah untuk bergabung dengan santriwati mereka semua baik asal kau bisa bersikap ramah dan sopan.” nasihat abi padaku lalu pergi meninggalkanku karena ada urusan.
Aku berjalan ke arah kanan ke tempat asrama putri. aku membuka pagar dan mengucap salam sontak seluruh putri yang ada di dalam melihat ke arahku dan menjawab salamku.
“Assalamu’alaikum..” salamku saat masuk ke kawasan asrama putri.
“Wa’alaikumussalam..” jawab para santriwati kompak.
Ada santri putri yang menghampiri hana.
“Afwan kaka anaknya kyai hada?” tanyanya sopan.
“Oh iya aku hana anaknya kyai hada itu abi aku.” jawabku ramah sembari tersenyum.
“Oh ka hana saya syifa. saya ketua asrama putri.” sapanya ramah tapi tetap sopan.
“Oh syifa..” ucapku sambil tersenyum.
“Yaudah kak kita ke sana yuk gabung sama santri putri yang lain.” ajaknya padaku.
“Oh iya ayok.” aku membalas ajakanya.
Saat aku bergabung mereka semua sangat ramah padaku. juga akhlak mereka yang sopan. aku banyak berbagi cerita dengan mereka santri putri yang lain pun banyak yang bertanya padaku.
“Ka hana kalo boleh tau kaka kelas berapa?” tanya santri putri yang bernama husni. kalo kukatakan husni ini paling bawel.
“Aku baru kelas 11 mau ke kelas akhir.” jawabku ramah.
“Oh berbeda dengan kita dong, kita kebanyakan masih MTS.” timpal syifa.
“Tidak apa-apa yang penting kalian rajin belajar. juga akhlak kalian aku puji bagus banget.” pujiku yang membuat mereka tersenyum.
“Terimakasih kak atas motivasinya.” sahut tia si gadis manis.
Tak terasa aku mengobrol dengan mereka hingga adzan dzuhur tiba. tapi kurasa yang mengumandangkan adzan ini seperti seorang santri lalu kutanya pada syifa.
“Syifa boleh aku bertanya sesuatu?” tanyaku ramah.
“Mau bertanya apa kak?” tanya syifa heran.
“Itu yang adzan santri putra ya?” tanyaku ragu.
“Oh itu. iya kak itu santri yang adzan dia sudah sering mengumandangkan adzan di pesantren ini kak namanya. hasan kak.” jelas syifa panjang lebar.
“Oh dia udah lama mesantren di sini?” tanyaku lagi
“Dia paling tua kak di pesantren ini kira-kira dia kelas 12 kak. beda setahun dengan kaka. kalo tidak salah dia mesantren sudah hampir 6 tahun kak dari dia masih MTS.” jelas syifa lagi.
“Ooo makasih informasinya ya syif.” ujarku.
“Yaudah kita ke masjid pesantren yu kak. kita sholat berjama’ah.” ajak syifa dan aku pun menyetujuinya.
Aku sangat menyayati setiap lafadz adzan yang diucapkanya tadi. sangat merdu di telingaku bahkan aku sampai tidak menjawab pertanyaan santri putri karena saking fokusnya aku mendengar lafadz Allah dikumandangkan oleh santri sholeh seperti hasan.
Saat tiba di masjid, aku berwudhu dengan syifa lalu duduk di bagian wanita.
“Ka hana mau pakai mukena tidak?” tanya syifa padaku. aku langsung menyahut.
“Tidak kaka sudah pakai kaos kaki.” sahutku lembut.
Tidak lama sholat berjama’ah pun dimulai ternyata imamnya adalah hasan.santri yang berhasil mengambil hatiku saat ia mengumandangkan adzan.
Selesai sholat dzuhur aku pamit pada santri putri karena aku hendak ke kantor menemui abiku untuk makan siang.
Saat di perjalanan ke kantor karena aku sibuk memikirkan hasan hingga aku menabrak santri putra.
“Afwan ukhti saya tidak hati-hati.” ucapnya lembut dan sepertinya aku kenal suara itu.
“Akh tidak apa akhi afwan juga karena aku tadi sedang melamun.” ucapku jujur dan aku terkejut. Melihat wajah hasan yang sungguh tampan. manik mata kami bertemu saat aku berbicara. aku langsung memalingkan muka begitupun denganya.
“Oh iya kalo boleh tahu ukhti siapa? sepertinya ana tidak pernah melihat ukhti di sekitar sini apa ukhti santri baru?” tanyanya. sambil menatap wajahku karena tidak sopan jika berbicara memalingkan muka maka aku menatapnya.
“Emm.. aku putri kyai hada pemilik pesantren ini.” jelasku yang membuatnya kaget.
“Oh ukhti putrinya kyai hada. ukhti baru pertama kali berkunjung ke sini ya?” tanyanya lagi.
“Iya aku baru ke sini. emm maaf ya hasan aku mau ke kantor asrama bertemu dengan abiku dulu maaf ya aku tidak bisa lama-lama mengobrol berdua denganmu karena aku takut timbul fitnah maaf ya hasan.” ucapku sambil mengatupkan tangan di dada.
“Sebentar ukhti tahu nama saya dari siapa?” tanya hasan penasaran.
“Dari syifa ketua asrama putri.” jawabku jujur.
“Kalo ukhti tahu nama saya saya juga harus tahu nama ukhti.” sergahnya.
“Ok nama saya hana hanieva kamu bisa panggil saya hana.” ucapku lalu pergi meninggalkanya.
“Terimakasih.” lirih hasan sambil menyunggingkan senyum di bibir merahnya.
“Assalamu’alaikum abi.” ucapku uluk salam.
“Wa’alikumussalam sini nak abi ada di dalam.” sahut abiku.
Lantas akupun masuk ke dalam dan mendapati abi sedang membaca qur’an. di situ juga ada beberapa pembina asrama dari yang putri hingga putra. lalu abi memperkenalkanku kepada para pembina itu.
“Nah ir, zay, nang ini putriku namanya hana dia sudah menginjak usia 17 tahun.” ucap abi sambil tersenyum aku duduk di sebelah abi. para pembina itu tersenyum kepadaku.
“Cantik sekali anak gadismu hada.” ucap pembina putri yang bernama irma.
“Ya hada sudah siap dinikahkan haha.” canda pembina putra yang bernama zayyan.
“Ah patutur-tutur sama anaku bedanya ia laki kalo ini istri.” sambung pembina putra yang satunya lagi yang bernama nanang.
“Haha iya nang patutur-tutur oh ya anakmu itu sekarang masih hobi main bulu tangkiskah?” tanya abiku pada temanya nanang.
“Ya begitulah da anakku itu susah diatur kalo sudah memegang hobinya itu.” sahut nanang.
“Tapi dia tak lupa kewajibanya kan?” tanya zayyan.
“Tidak jika lupa sekali saja akan aku omeli.” sahut nanang.
“Ah enak sekali ya kalian sudah pada punya sang buah hati aku sendiri belom punya satu pun.” keluh irma pada 3 sahabatnya itu.
“Ah sabar saja ir pasti allah akan kasih jika sudah waktunya.” nasihat abiku.
“Sudahlah da kau kasih saja gadismu ini pada irma.” canda sahabat abi zayyan.
“Apalah kau zayyan ini anak semata wayangku.” ucap abi kesal. lantas semua pun tertawa
Cerpen Karangan: Wardina Sya
Maaf ya kalo cerpenya gak nyambung ato ada kesalahan tanda baca. dll
Wajar saja aku masih pemula.
Oya terimakasih banyak ya karena sudah banyak membaca cerpen buatanku.
Yah mungkin untuk kak senior cerpenku ini banyak yang salah tapi tak apa aku akan selalu berusaha agar cerpenku ini bisa dinikmati dengan baik.
Cerpen Santri Itu Jodohku (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Wardina Sya, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Kehidupan, atau cerpen menarik lainnya dari Wardina Sya.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi