“eh pay sini deh.” panggil rojak sembari melambai-lambai tangannya.
“apan si jak?!” tanya paih seraya berjalan menuju rojak yang lagi ngaso di bangku kantin.
Nggak ada hitungan menit, pay. cowok perawakan jangkung itu duduk berhadapan dengan rojak.
“pay, lu liat ini pulpen kan?!” tanya rojak sambil mengangkat pulpen hitamnya tepat di muka yang ada di hadapannya.
“bodoh, yaiyalah pulpen. Siapa bilang celengan ayam.” dan gelak tawa meramaikan suasana di situ.
Lamat-lamat gelak-tawa pulang menghilang. Wajah rojak berubah drastis menjadi serius.
“Gini pay. Ini pulpen, pulpen ajaib.” penegasan rojak sambil memilin pulpen hitamnya.
“pulpen ajaib maksudnya gimana?!” pay bingung. sebingung bingungnya orang bingung.
“pulpen ini bisa membuat orang terbang, semacam kayak baling-baling bambu milik doraemon.” kata rojak meyakinkan.
Pay mengerinyit. Tatapannya tertumbuk ke pulpen yang digenggaman rojak seakan nggak ingin rojak lepaskan.
“coba buktiin, kalo pulpen loe bisa terbang.” kata pay setengah percaya.
Rojak langsung beringsut ke tepi bangku kemudian berdiri dengan tegap. Tangan kanannya yang menggengam pulpen hitam itu diangkat tinggi-tinggi seolah menembus sekumpulan awan di siang yang terik. Seiring kelopak matanya tertutup rapat, mulutnya yang kering nggak henti bergemi merapalkan mantera.
Pay yang menyaksikan adegan itu hanya terdiam, membisu. nggak ingin mengganggu konsentrasi teman sebayanya.
Setelah usai merapal mantera, tiba-tiba mata rojak mendelik. Lempar pandang ke arah yang ada di hadapannya. Pay berigidik.
Kemudian rojak mengangkat dagunya. Tangan kanan masih menghunus ke langit. Rojak mengambil aba-aba.
Satu…
Dua…
Tiga…
TERBAAAANG!!!
Pay membelalak. Matanya Mengerling. Debar jantungnya nggak menentu, nafasnya terhenti sesaat. Pay mulai cemas.
Pay celingak-celinguk menatap ke atas gedung sekolah dan bahkan melongok di bawah meja segi empat. Nggak ada nggak ketemu.
“rojaaaaak di mana loe?!.” pay membuat kerucut dengan tangannya.
“ada di hadapan loe pay.” rojak meringis tersipu malu usahanya gagal.
“gue pikir loe udah terbang kali.” kata pay jawab seenaknya.
“gue butuh momen, biar bisa terbang.” rojak merunduk, mantap lurus ke arah pulpen yang terhimpit dengan jemari.
“bodoh, gak ada pulpen yang bisa bikin orang terbang.” ucap pay dengan nada tinggi seraya
Meninggalkan rojak yang terpaku di depan meja kantin.
Keesokan harinya.
Setelah pulang sekolah Rojak berjalan lenggang menyusuri koridor seiring murid-murid berhamburan ke luar kelas. Pikiran rojak berkelana mencari tempat dan momen yang tepat untuk membuktikan kalo pulpen hitamnya sanggup membawa ia terbang, melayang.
Langkah rojak terhenti di depan kendaraan roda dua yang terparkir di perkarangan sekolah. Pikirannya terbelesit seakan mendapatkan ide cemerlang tentang momen untuk pulpen ajaibnya itu. “yah, bukit sakti.” gumamnya.
Bukit sakti nggak begitu jauh jaraknya dari gedung sekolah. Bukitnya terjal, curam dan banyak Bebatuan tajam, runcing bak ujung tombak yang tertancap di dasar permukaan jurang.
Dengan sepeda motor berwarna hitam metalik rojak melaju menyusuri jalan raya. Debu-debu terbang ke arahnya tersapu angin panas. sesekali rojak berpeluh menghapus Bulir-bulir yang tersembul di kerutan kening.
Selang dua puluh menit rojak sudah sampai di bawah kaki bukit sakti. Lantas Pandangan rojak lurus mengarah jalan setapak. Rojak menekan pegas, suara deru mesin kendaran roda meramaikan suasana. Ia menerobos masuk membelah kesunyian bukit sakti. Tubuhnya yang tambun lincah menjaga keseimbangan.
Sesampainya di atas puncak bukit sakti. Rojak melongok ke bawah jurang dari atas ketinggian. Kakinya kaku tertancap di tepi jurang, rojak menarik napas dalam-dalam dan mendorong keluar dengan kuat untuk menenangkan dirinya. Ketika kakinya merasa lebih santai. Ia pun terjun ke dalam jurang hingga suaranya tak terdengar lagi. Begitu cepat, begitu dalam.
Satu menit, dua menit. suaranya masih belum terdengar
Sejam, dua jam. Suaranya masih belum terdengar.
Sebulan, dua bulan. Mayat rojak ditemukan sudah membusuk bersama pulpen hitamnya.
Kutipan moril: jangan percaya dengan barang mistik. Satu hal yang bisa melongsorkan kepercayaan kepada sang pencipta. Tanpa itu kamu lebih terlihat manusiawi.
Sekian
Cerpen Pulpen Terbang merupakan cerita pendek karangan Faisal Fajri, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Fantasi, atau cerpen menarik lainnya dari Faisal Fajri.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi