Petualangan
Diterbitkan di Petualangan
avatar
waktu baca 19 menit

Perempuan Di Dinding Truk (Part 1)

Perlahan mentari menuju ke peraduan setelah seharian memberikan kehangatan. Keindahan senja dengan warna jingganya telah berganti dengan keindahan sinar bulan dan kelap-kelipnya bintang-bintang. Dengan tambahan penerangan lampu petromax, Wawan pemilik bengkel mobil, masih mengawasi Ujang, Udin dan Dadang yang sedang menambal beberapa roda truk yang dikendarai Jajang.

Jajang memang sudah menjadi langganannya ketika kendaraannya mengalami masalah, apakah mesin atau rodanya. Layaknya sopir truk pada umumnya, “yen ngaso mampir”, dia selalu cerita kalau tidurnya di penginapan kelas melati, murah meriah. Namun lebih dari itu, disitu pula ada yang dapat memberikan kehangatan.

“Wawan, lihat gambar perempuan itu?” Kata Jajang sambil menunjuk gambar perempuan di dinding truk.

“Cantik bukan?” Kata Jajang lebih lanjut.

Untuk memperjelas kecantikan gambar perempuan tersebut, petromax yang ada diambilnya dan didekatkan ke gambarnya.

Dheg… Sejenak ia tertegum, kaget melihat gambar yang sangat mirip dengan istrinya. Kendati pun demikian, kekagetannya hanya disimpan dalam hati. Bisa saja perempuan itu hanya wajahnya mirip dengan istrinya. Apalagi dilihat pada malam hari yang hanya diterangi dengan sinar petromax, bisa saja sinar petromax menipu matanya.

Namun, keraguannya sirna dalam sekejap ketika Jajang mengambil foto dari dompetnya dan memperlihatkannya foto perempuan itu dengan pakaian yang minim. Antara percaya dan tidak percaya. Ya…, tidak salah. Itu istrinya, Ginah. Berbagai perasaan teraduk dalam hatinya. Rasa marah, rasa sedih, rasa kecewa jadi satu. Istrinya yang kabur karena tidak tahan hidup bersamanya kini jadi perempuan penghibur lelaki yang haus akan kehangatan perempuan.

“Jajang, dimana engkau menemukan perempuan ini?”

“Kamu tertarik juga? Jika engkau ke Semarang, coba mampir di Gambilangu. Sebelum masuk Semarang ada pangkalan truk, di sebelahnya terdapat tempat untuk menghangat tubuh sekaligus istirahat. Tahu kan?”

Ingatannya menerawang tujuh tahun yang lalu, ketika ia masih hidup bersamanya. Saat itu ia hanya sebagai kuli bangunan, sementara dia sebagai asisten rumahtangga dari keluarga Abdullah.

“Ginah, mau nggak kawin denganku.”

Ginah pun menganggukan kepala.

Mereka berdua datang ke Kantor Urusan Agama mengutarakan maksudnya dan oleh petugas dipandunya ijab qobul dengan saksi-saksi yang ada di kantor tersebut. Perkawinan pun syah, mereka menjadi suami istri.

Kesulitan hidup mulai dirasakannya ketika mereka punya anak. Jangankan beli susu atau kebutuhan bayi lainnya, untuk kehidupan sehari-hari tambah susah. Ginah tidak sepenuhnya dapat bekerja sebagai asisten rumahtangga. Sementara, pendapatannya sebagai kuli bangunan cuma segitu-gitunya saja. Itu pun masih beruntung bila bosnya dapat borongan rutin, kalau tidak dapat borongan, ia kerja serabutan, kerja apa saja. Akhirnya ia pindah sebagai asisten bengkel mobil sekaligus tambal ban. Pekerjaan yang lebih memberi kepastian pendapatan meski belum dapat mencukupi untuk kehidupan layak.

“Kang, utang di warung sembako sudah membengkak.”

“Ya…, sebentar, nanti kalau Akang sudah dapat rezeki.”

“Kang, Ginah heran melihat teman-teman sesama asisten rumahtangga mempunyai HP. Mereka sering memamerkan foto-fotonya, ngobrol sesama pembantu dari jauh. Ginah iri dengan mereka. Kang…, Ginah belikan HP ya…”

“Ginah, nanti ya…, kalau Akang sudah punya rezeki.”

“Dari dulu, kalau Ginah minta sesuatu jawabannya selalu nanti-nanti saja. Sampai Ginah mati jawabannya nanti-nanti saja.”

“Iya…, Akang belum dapat rezeki yang cukup.”

Esoknya, ia terkejut, ketika mengetahui dia pergi tanpa meninggal pesan. Hampir tiga bulan ia mencarinya, teman-temannya tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Akhirnya ia putus asa. Pasrah.

Ternyata, setelah tujuh tahun keberadaannya terjawab dari orang yang tidak terduga. Dia berada di Gambilangu, tempat yang cukup jauh. Lebih menyakitkan ternyata dia menjajakan tubuhnya. Entah untuk apa uang yang diperolehnya.

“Jajang, kebetulan minggu depan saya akan ke Semarang. Saya akan mampir ke Gambilangu, kepengin merasakan hangatnya tubuhnya. Saya minta nama dan nomor HP nya.”

“Namanya Mona, nomor HP nya saya tranfer ya…”

Dalam hitungan kurang dari satu detik, nomor HP Mona masuk ke HP nya. Saat itu juga ia mencoba meneleponnya.

Perlu tiga kali menguhubungi sebelum mendapat respon.

“Halo, Ginah.”

“Ginah? Siapa ya…, anda salah sambung.”

“Oh…, ma’af.”

Ternyata benar dia telah ganti nama. Namanya sudah nama kekinian dibandingkan dengan nama Ginah yang memberi kesan nama ndeso. Ia pun menelepon kembali dengan memanggil nama barunya.

“Halo Mona, saya Wawan?”

“Wawan? Siapa ya…, saya merasa tidak kenal dengan nama Wawan.”

Clik. Telpon diputus.

Ia menyadari, sepertinya dia sudah tidak menghendaki kehadirannya. Sungguh pun demikian, ia bertekad untuk membawanya pulang, membangun kembali puing-puing rumhtangganya yang sudah hancur. Ia sangat yakin dia mau kembali, mau memelihara anaknya buah kasihnya yang kini sudah sekolah di kelas satu SD. Ia akan menerima dia apa adanya. Ia sudah membelikan HP cukup bagus yang merupakan keinginannya sebelum kabur dari rumah. Pendapatannya sebagai pemilik bengkel mobil cukup untuk hidup secara layak. Ia pun sudah mempunyai rumah RS yang dibeli dengan cara kredit.

Hari itu, ia berniat mengetahui keberadaannya. Dibelinya tiket bus kelas ekonomi tujuan Semarang. Kepada sang sopir, ia berpesan untuk diturunkan ke pangkalan truk Gambilangu.

“Gambilangu?”

“Ya…, Gambilangu?”

“Punya saudara di sana?”

“Saya lagi cari istri saya. Informasi yang saya peroleh dia berada di Gambilangu?”

“Jangan-jangan istri sampayen berada di rumah singgah. Tempat mampirnya para sopir dan orang-orang yang kesepian.”

“Informasi yang saya peroleh memang demikian.”

“Siapa namanya?”

“Saya dengar dia memakai nama Mona.”

“Tidak salah. Mona menjadi primadona tempat tersebut. Perempuan tersebut selalu jadi bahan pembicaraan para sopir. Saya juga penasaran dengar cerita teman-teman. Saya pernah kesana untuk membuktikannya. Benar apa yang diceritakan teman-teman. Selain kecantikannya juga pelayanannya prima. Saya menjadi ketagihan. Kalau ada uang berlebih, saya ke sana. Sudah beberapa kali saya ke sana. Saya kurang paham, mengapa ia menjadi wanita penghibur. Padahal dengan bodi dan wajahnya yang aduhai ia layak jadi istrinya pengusaha atau pejabat atau malahan menjadi silibriti.”

Mendengar cerita para sopir truk dan bus, tekadnya semakin kuat untuk memboyongnya kembali. Jarak dari Parung ke Semarang lumayan jauh. Berangkat pagi dan menjelang malam baru sampai Gambilangu.

“Mas sudah sampai Gambilangu. Tempatnya tidak jauh dari jalan besar.”

Turun dari bus, jantungnya berdetak. Seperti apa ya wajah Ginah? Apakah aku dapat mengenalinya? Kalau dia pasti mengenaliku, tidak ada perubahan berarti dari tubuhku.

Cahaya bulan dan bintang-bintang menambah terangnya jalan yang dilaluinya. Ia mengikutinya beberapa orang lelaki menuju ke suatu tempat yang sama. Benar, tidak berapa lama ia sampai di pintu gerbang. Di bagian atas tertulis “Taman Firduas” disertai tambahan tulisan di bawahnya anak-anak tidak boleh masuk. Lima satpam yang badannya kekar-kekar menjaga di pintu gerbang. Ia berhenti di pintu gerbang.

“Baru pertama kali ya…, datang ke sini?” Kata salah satu satpam.

Ia menganggukkan kepalanya.

“Mas sepertinya dari jauh ya…?”

Kembali, ia menganggukkan kepalanya.

“Dari mana Mas?”

“Parung?”

“Parung? Di mana itu?”

“Di daerah Bogor.”

“Apakah di Bogor tidak ada tempat untuk menghangatkan diri?”

“Saya mencari istri saya.”

“O…ya?” Ada yang bisa saya saya bantu?”

“Saya mencari istri saya.” Kembali ia menegaskan.

“Nama aslinya Ginah, tapi menurut beberapa orang yang pernah ke sini, dia telah berganti nama menjadi Mona.”

“Jadi Mas mau ketemu Mona?”

“Ya… Betul. Saya ingin ketemu dengannya.”

Satpam itu maju sambil mengulurkan tangannya.

“Pardi.”

“Wawan.”

“Mas Wawan, saya sampaikan aturan di Taman Firdaus. Mas Wawan akan menjumpai Mbak Mona, sayang sekali Mbak Mona sampai tujuh hari ke depan tidak bisa dijumpainya.”

“Maksudnya?”

“Mbak Mona sudah ada yang pesan.”

“Jadi saya ke sini lagi tujuh hari yang akan datang?”

“Itu pun kalau Mbak Mona mau menerimanya.”

“Jadi bagaimana supaya saya bisa bertemu dengannya?”

“Baik nanti saya sampaikan ke Mbak Mona, apakah dia mau menerimanya atau tidak. Saya minta nomor HP sampayen saja.”

Badan Wawan terasa lemas, pikirannya tambah galau, untuk berjumpa dengannya saja harus antri menunggu sampai seminggu. Ia tidak menyangka sama sekali kalau Mona sudah menjadi orang penting melebihi pejabat. Dengan langkah gontai, malam itu juga, ia memutuskan untuk pulang ke Parung. Menginap di Gambilangu selama tujuh hari selain membuang uang juga sangat menyakitkan, mengetahui Ginah bermain cinta kilat dengan lelaki lain.

Cerpen dengan judul "Perempuan Di Dinding Truk (Part 1)", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Perempuan Di Dinding Truk (Part 1) merupakan cerita pendek karangan Bambang Winarto, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Petualangan, atau cerpen menarik lainnya dari Bambang Winarto.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 1 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Bambang Winarto? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar