Romantis
Diterbitkan di Romantis
avatar
waktu baca 17 menit

Firasat (Part 2)

Acara dimulai dengan makan malam bersama sesama alumni diiringi lantunan suara emas Mbak Desy, penyanyi profesional lokal. Orangnya cantik dan suaranya merdu. Tugasnya selain menghibur dengan suaranya, juga menjadi pemandu alumni yang gagap nyanyi. MC dipercayakan kepada Mbak Nani, alumnus SMA dan Mas Willy, salah satu EO di Semarang. Pasangan serasi dalam mengatur ritme suasana malam reuni. Kapan acara yang sifatnya formal, kapan acara yang sifatnya hiburan, di selang-seling, sangat dinikmati dan tidak membosankan.

Saat Mbak Desy menyanyi, Dewi menarikku ke depan mengajak berdansa. Dulu semasa SMA, dia memang sering menari, terutama tarian tradisional. Aku dipandunya, bagaimana harus berdansa, berputar kekiri atau ke kanan dan gerakan lainnya.

“Juno dekap aku,” bisiknya.

Aku dekap dengan lembut, aroma melati tercium dari badannya. Sungguh aku sangat menikmatinya.

“Juno, aku akan lanjutkan ceritanya secara singkat. Keluargaku yang sudah lama aku bangun, sekarang bagai kapal yang akan karam.”

“Bagaimana bisa, bukankah suamimu itu pilihanmu sendiri?”

“Suamiku selingkuh dengan polwan bawahannya. Juno, kamu tahu kan di kepolisian, tidak diperbolehkan poligami. Kalau aku laporkan kepada atasannya, karir suamiku pasti hancur. Sementara aku masih perlu uang untuk membiayai anak-anakku, satu sedang ambil Doktor di Amrik dan adiknya sedang ambil Pasca Sarjana di dalam negeri.”

“Bagaimana kamu tahu suamimu selingkuh?”

“Firasatku, yang mengatakannya. Beberapa kali aku jumpai bajunya beroma mawar setiap kali bertugas yang pulangnya malam. Ketika aku buka WA nya saat dia tidur terdapat percakapan yang sangat mesra dengan seorang wanita. Aku tugaskan pengawalku untuk menyelidikinya secara diam-diam. Hasilnya seperti apa kata firasatku.”

“Terus apa solusinya?”

“Sampai sekarang aku masih pura-pura tidak tahu. Aku masih memikirkan biaya anak-anakku.”

Lagu pertama yang dinyanyikan Mbak Desy pun berakhir. Aku dan Dewi kembali duduk. Aku ambilkan minuman air mineral dan beberapa cemilan untuknya. Acara formal pun dilanjutkan. Sambutan ketua suku, pembagian hadiah, pembacaan puisi, tampilan dari group IPA, IPS dan Bahasa serta acara lainnya.

“Juno, angkatanmu kompak sekali. Angkatanku malahan belum pernah mengadakan reuni. Aku salut sama Mbak Nunik yang mampu mengkoordinir teman-teman satu angkatan.”

“Iya…, Mbak Nunik memang hebat. Dewi, aku ingin dengar lanjutan ceritanya.”

“Ya…, sudah sampai disitu. Aku akan berpikir ulang kalau anak-anak sudah selesai pendidikannya dan berkeluarga.”

“Juno dan Dewi silahkan ke panggung.” Terdengar suara Mbak Nani.

Aku menuju ke panggung melalui sebelah kanan dan Dewi berjalan melalui sebelah kiri. Di panggung, aku tatap wajahnya, aku berikan setangkai anggrek bulan kepadanya.

“Dewi, setangkai anggrek bulan untuk mengingatkan kita saat di SMA.”

“Terima kasih Juno, engkau selalu romantis.”

Saat nyanyian berakhir, teman-teman berdiri memberikan standing applause. Memang aku dan Dewi bernyanyi cukup baik. Untuk melantunkan lagu tersebut, selama dua minggu setiap malam aku putar lagu yang dipopulerkan Broery dan Emilia.

“Terima kasih Dewi, suaramu masih tetap bagus.”

“Juno, engkau memang pandai memuji. Juno, setelah pertemuan ini, seandainya aku tidak dapat dihubungi, kamu jangan kaget.”

“Kenapa begitu?”

“Ya…, setiap saat HP ini di check oleh suamiku. Kalau sekarang aku dapat mengikuti acara ini karena suamiku sedang bertugas di luar negeri. Sebentar lagi suamiku pulang.”

Aku tidak begitu paham tentang kehidupan suami istri di kalangan kepolisian. Aku tidak pernah melihat isi WA istriku, demikian pula istriku tidak pernah buka WA ku.

“Juno, acara reuni ini sangat berkesan bagiku, saatnya aku pulang, dekap yang erat aku sekali lagi.” Pintanya.

Aku dekap Dewi dengan erat sesuai dengan permintaannya. Firasatku mengatakan sepertinya ada misteri yang akan terjadi padanya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Aku tengok jaket coklat yang aku kenakan saat reuni perak masih tergantung di pintu. Sudah lebih setengah bulan aku tidak mencucinya, masih ingin menikmati sensasi aroma bunga melati yang melekat di jaket. Aroma itu melekat dengan sendirinya saat aku dan Dewi berpelukan di pintu masuk hotel tempat reuni perak diselenggarakan. Pelukan kerinduan terhadap mantan pacar yang sudah lebih dari dua puluh lima tahun tidak berjumpa.

Setiap pagi ketika aku buka WA, yang aku lihat pertama kali WA nya. Sudah hampir satu bulan, WA nya tidak ter up date. Mau mengirim pesan, aku tidak berani, ingat pesannya. Sampai suatu saat mata kananku kedutan berkali-kali. Sepertinya, akan ada berita menggembirakan darinya. Betul, tidak berapa lama HP ku berdering.

“Kring…” Aku lihat dilayar HP muncul wajah Dewi.

“Pak Juno?”

“Ya…, saya sendiri.”

“Ini dari kepolisian, saya lihat di HP nya Ibu Dewi ada nama Bapak. Saya menyampaikan berita duka, Ibu Dewi mengalami kecelakaan, mobil yang dikendarainya masuk jurang. Ibu Dewi dan pengawalnya serta sopirnya meninggal di tempat.”

“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.”

Badanku mendadak lemas, tulang-tulangku terasa copot. Aku terduduk, tertunduk, termenung, tidak percaya tapi nyata. Air mataku mengalir dengan sendirinya. Ternyata kedutan mata sebelah kanan tidak membawa berita menggembirakan malahan sebaliknya. Aku yakin kecelakaan yang menimpanya tidak murni kecelakaan. Firasatku mengatakan ada rekayasa kecelakaan. Apalagi selang tiga bulan suaminya menikahi polwan bawahannya.

Satu bulan berikutnya kembali aku terkejut mendengar berita mantan suami Dewi bersama istrinya meninggal. Kendaraannya masuk jurang persis di tempat terjadi kecelakaan yang menimpa Dewi, hanya sopirnya yang selamat. Keterangan dari sopir, jalan yang dilihat lurus tidak dalam posisi menuruni jalan dan tiba-tiba dia melihat seorang wanita menyetop kendarannya. Ketika dia memperhatikan dengan seksama wanita tersebut ternyata Ibu Dewi. Dia merasa ditarik keluar olehnya dan ketika sadar sudah berada di rumah sakit.

Peristirahatan terakhir Dewi berada di pemakaman umum. Ketika aku mengunjungi suasananya sepi, hanya beberapa orang saja. Makamnya berupa gundukan tanah yang ditanami rumput. Pada bagian ujung terdapat batu nisan dan disebelahnya terdapat fotonya yang berseragam istri polisi perwira tinggi. Kutatap fotonya, alangkah cantiknya. Matanya menatapku, lamat-lamat di telingaku terdengar suara.

“Juno, terima kasih engkau telah datang menengokku.”

Aku tengok ke kiri dan ke kanan tidak ada orang yang dekat denganku. Apakah aku berhalusinasi? Suara itu nyata di telingaku.

Aku bersihkan daun-daun kering yang berada di makamnya dan aku taburkan kembang melati kesukaannya. Tanpa aku sadari, seseorang menghampiriku.

“Bapak Juno ya…?”

“Ya…, saya sendiri. Bapak siapa?”

“Alhamdullilah. Akhirnya saya bisa jumpa dengan Pak Juno. Saya Parjo, sopirnya Bapak Fredy Rambo.”

“Ada yang perlu disampaikan?”

“Saya menyampaikan surat wasiat dari Ibu Dewi.”

“Dari Ibu Dewi?”

“Ya…, betul. Surat ini tahu-tahu berada di gemgaman saya saat saya jatuh ke jurang.”

Aku terima suratnya, aku periksa dan selanjutnya aku buka. Melihat tulisannya, benar itu tulisan tangan Dewi. Isinya sangat singkat, hanya dua alinea.

“Juno, saat engkau membaca surat ini aku sudah berada di dunia lain. Keluarga sudah berantakan. Setiap hari terjadi pertengkaran. Bahkan aku pernah ditamparnya. Hatiku hancur berkeping. Sakit sekali, bagai diiris sembilu. Cinta yang sudah aku bangun bertahun-tahun sirna dalam sekejap oleh seorang polwan.”

“Ma’afkan aku yang telah melukai hatimu. Pintaku, datanglah setiap tanggal kelahiranku, kenanglah dan doakan aku. Aku menungguku.”

Surat tersebut mengindikasikan bahwa Dewi sudah mempunyai firasat akan meninggal dalam waktu tidak lama.

Antara percaya dan tidak percaya apa yang disampaikan Pak Parjo. Meski secara logika tidak masuk akal. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal mengirim surat? Namun, firasatku menyatakan apa yang disampaikan Pak Parjo benar. Pikiranku sangat sederhana ada rekasaya kecelakaan yang menimpa Dewi. Pelakunya suaminya sendiri. Sudah jadi rahasia umum, polisi itu pandai membuat rekayasa. Motifnya juga sangat jelas untuk dapat memperistri polwan bawahannya. Arwah Dewi tidak terima, maka terjadilah kecelakaan. Ya…, itu sekedar pikiranku saja. Entah benar entah tidak.

Dewi…, gadis yang pernah mengisi relung hatiku telah pergi selamanya dengan cara yang tidak wajar. Tapi, itulah takdir yang telah ditetapkan olehNya.

Aku berjanji akan memenuhi permintaannya. Bukan hanya itu, setiap selesai sholat aku akan panjatkan doa untuknya. Dewi, semoga engkau tenang di alam fana.

Cerpen dengan judul "Firasat (Part 2)", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Firasat (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Bambang Winarto, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Romantis, atau cerpen menarik lainnya dari Bambang Winarto.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 2 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Bambang Winarto? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar