Cinta
Diterbitkan di Cinta
avatar
waktu baca 18 menit

Cinta Yang Tidak Pernah Padam (Part 2)

Dengan segenap keberanian, aku menulis secarik kertas.

“Mas Juno, kita jumpa di kafe Mahatani jam 13.10.”

Sekitar jam 13.15, kuliah baru selesai, bergegas aku keluar dari ruang kuliah dan langsung menuju ke kafe. Suasana kafe sepi, hanya aku dan Mas Juno.

“Euis mau minum apa?”

“Teh manis hangat saja Mas.”

“Untuk sejenak aku diam, tidak tahu apa yang harus aku sampaikan. Mataku agak sembab.”

“Mas Juno, hubungan kita sampai di sini saja.”

“Air mataku yang menggenang, akhirnya tumpah. Aku menangis tanpa suara, wajahku aku tutup dengan sapu tangan.”

“Maksud Euis, hubungan kita putus? Memangnya kenapa?”

“Kalau kita berlanjut ke jenjang perkawinan, tidak akan langgeng. Mas Juno orang Jawa dan saya orang Sunda.”

“Aku tidak paham. Tapi kenapa orangtuamu membiarkan kita menjalin kasih selama ini?”

“Ini…, sudah menjadi keputusan orangtuaku. Mumpung hubungan kita belum terlalu jauh.”

“Malamnya Mas Juno ke rumah minta penjelasan kepada orangtuaku.”

“Nak Juno, mohon ma’af hubungannya dengan Euis tidak bisa dilanjutkan. Leluhur kami sudah mengamanatkan tidak memperbolehkan keluarga kami nikah dengan orang Jawa. Perang Bubat masih membekas hingga kini, bagaimana Raja Majapahit dari Jawa membunuh seluruh Maharaja Linggabuana dari Sunda, beserta para pengawalnya. Dyah Pitaloka yang semestinya menjadi permaisuri Raja Majapahit bunuh diri. Nanti Nak Juno silahkan baca tentang Perang Bubat”

“Sejak hubunganku dengan Mas Juno putus, aku tidak ada minat menjalin kasih dengan lelaki lain. Perasaan hatiku sudah beku, hatiku hanya untuk Mas Juno. Beberapa kali orangtuaku menjodohkan dengan lelaki pilihannya, tetapi aku menolaknya.”

“Perkembangan Mas Juno tetap aku ikuti. Aku sangat prihatin mengetahui kelulusan Mas Juno tertunda. Padahal Mas Juno tinggal menyusun skripsi. Bahkan jika dalam satu tahun tidak dapat menyelesaikan skripsinya akan kena DO. Semua itu kesalahan keluargaku. Akhirnya Mas Juno lulus juga dan setelah itu aku tidak mengetahui keberadaannya.”

PoV

“Itulah sekelumit percintaan saya dengan Mas Juno. Saya selalu berdoa agar bisa dipertemukan dengannya meski hanya satu hari saja. Saya masih mau minta ma’af lagi.”

“Ibu Euis, cerita yang mengharukan.”

“Apakah Ibu Euis pernah mencari keberadaan Mas Juno?”

“Ya…, sudah melalui teman-temannya. Tetapi tidak ada yang mengetahuinya.”

“Ibu Euis, saya sangat gembira dapat menemukan Ibu. Saya juga berharap dapat menemukan Bapak Juno, semoga ada muzijat yang memberitahu keberadaannya.“

Aku meninggalkan Ibu Euis dengan berbagai perasaan, terharu, sedih, kasihan dan entah apa lagi. Mencari keberadaan Arjuno bagai mencari jarum di tumpukan jerami, tidak ada clue sama sekali. Turun ke lantai dasar menjumpai resepsionis lagi, untuk mengucapkan terima kasih dan iseng iseng aku akan menanyakan apakah ada penghuni yang bernama Arjuno di rusun sini.

“Mbak, terima kasih. Tadi saya sudah berjumpa dengan Ibu Euis. Dompet dan surat saya perlihatkan. Beliau senang sekali, orang yang dicintanya bernama Arjuno masih hidup. Bahkan beliau bercerita masa lalunya, percintaan dengannya. Cerita yang sangat menyedihkan.”

“Tugas saya sekarang mencari Bapak Arjuno, coba Mbak lihat di komputer, siapa tahu yang bersangkutan berada dipanti sini.”

“Baik Mas.”

“Mas Wawan, Bapak Arjuno ya… Betul beliau ada disini, beliau tinggal di Rusun B, kamar 305, lantai 3.”

“Alhamdulillah…, saya kesana Mbak.”

Kembali aku diantar oleh Pak Satpam yang mengantarku ke Ibu Euis. Rusun B hanya berjarak sekitar 50 meter dari rusun A. Keduanya dipisahkan halaman dan taman. Ketika sampai kamar 305, beliau sedang duduk di teras membaca sebuah buku, mungkin novel.

“Bapak Arjuno?” Saya Wawan.

“Ya…, saya sendiri.”

“Saya baru saja dari Ibu Euis Yuliyati. Beliau cerita banyak tentang Bapak.”

“Apa? Euis Yuliyati? Apakah saya tidak salah dengar?”

“Bapak tidak salah mendengar. Senang rasanya bisa jumpa dengan Bapak. Tugas saya selesai. “

“Tugas apa Nak?”

“Pertama menemukan Ibu Euis Yuliyati dan yang kedua mengembalikan dompat Bapak yang saya ketemukan di depan mall.”

“Oh.., terima kasih banyak. Dompet ini sudah saya cari dimana-mana. Maklum sudah tua, sudah sering lupa. Bukan masalah dompetnya dan juga bukan masalah uangnya, tetapi di dalam dompet itu terdapat foto Euis, foto satu-satu yang saya miliki. Juga terdapat surat darinya.”

“Tadi Nak Wawan jumpa dengan Ibu Euis Yuliyati, dimana?”

“Ya …, di panti sini, hanya berbeda blok. Bapak di Blok B dan Ibu Euis di blok A.

Bapak Juno menerawang ke depan, matanya tertuju ke pepohonan yang rimbun di samping rusun.

“Dik Wawan saya juga akan cerita sedikt tentang kisah saya ya…”

PoV

Sejak pisah dengan Euis, beberapa bulan aku mengalami shock. Skripsi yang sedang aku susun terbengkelai. Nasehat ibuku ternyata benar. Sebelum berangkat ke Bogor, ibu sudah wanti-wanti.

“Ingat Juno, di Bogor kamu hanya belajar untuk menjadi insinyur pertanian. Jangan dulu pacaran. “

Nasehat itu aku langgar, dan aku harus menerima akibatnya.

“Juno, aku perhatikan selama beberapa bulan, kamu murung. Apa ada masalah?” Kata Agus ketika berada di ruang makan asrama. Dia sahabatku dari kota yang sama.

“Agus …, hubunganku dengan Eruis putus untuk suatu alasan yang tidak masuk akal. Orangtua Euis tidak menyetujui gara-gara aku orang Jawa dan Euis orang Sunda.”

“Juno, pernah dengar perang Bubat?”

Aku menggelengkan kepala. Memang dari dahulu, Aku tidak tertarik dengan pelajaran sejarah.

“Ini, cerita singkatnya. Bermula dari utusan Majapahit yang mengantarkan surat lamaran kepada Maharaja Linggabuana, Kerajaan Sunda, untuk menyunting putri mahkota Dyah Pitaloka. Lamaran diterima dengan suka cita. Majapahit adalah kerajaan besar, menguasasi hampir seluruh wilayah Nusantara kecuali daerah Pasundan. Maharaja Linggabuana dan rombongan membawa Dyah Pitaloka ke Majapahit. Rombongan tiba di Bubat, tidak jauh dari ibu kota Kerajaan Majapahit. Gajah Mada, patih Majapahit yang terikat dengan Sumpah Palapa meminta Maharaja Linggabuana takluk kepada Majapahit dan menyerahkan putrinya sebagai upeti, untuk dijadikan selir. Sementara Maharaja Linggabuana, hanya mau menyerahkan putrinya sebagai permaisuri. Maka, terjadilah pertempuran yang tidak seimbang. Maharaja Linggabuana, beserta para pengawalnya gugur. Dyah Pitaloka bunuh diri.”

“Prabu Niskalawastu Kencana, putra Maharaja Linggabuana menggantikan ayahnya sebagai raja. Dia memerintahkan rakyatnya untuk tidak menikah dengan orang Majapahit, orang Jawa. Inilah, larangan pernikahan antara orang Jawa dan Sunda yang masih berkembang hingga sekarang.“

Meski terlambat hampir satu tahun, aku dapat meraih gelar insinyur pertanian, aku peroleh juga. Bujukan ibu untuk menikahkanku dengan gadis pilihannya di desaku aku tolak. Hatiku sudah beku. Aku merantau ke luar Jawa, bekerja membantu pemerintah daerah mengembangkan pertanian di berbagi daerah.

PoV

“Ya…, itulah cerita tentang diri saya secara sepintas. Dik Wawan, saya sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Euis.”

“Baik Pak, mari saya antar.”

Berjalan bersama menuju blok A, lantai 2 kamar 205. Aku ketok pintunya. Untuk sesaat keduanya saling bertatapan.

“Mas Juno?”

“Euis?”

Keduanya berteriak hampir bersamaan. Setelah itu Ibu Euis mendekap Pak Juno dengan erat. Dilepaskan sejenak, dipandangi wajahnya, seolah kurang yakin lelaki yang didekapnya adalah Mas Juno.

“Mas Juno? Apakah ini mimpi? Mas Juno doaku dikabulkan Allah Swt. Mas Juno dekap aku yang erat! Jangan lepaskan!”

Kembali Pak Juno mendekap dengan erat Ibu Euis. Bahagia rasanya melihat mereka berpelukan, dapat mempertemukan sepasang kekasih yang puluhan tahun berpisah karena alasan Perang Bubat yang tidak diketahuinya.

Tiga bulan kemudian, aku menerima undangan pernikahan Ibu Euis dengan Bapak Juno bertempat di panti jompo Cibubur. Sepertinya hanya aku satu-satunya undangan yang paling muda, yang lainnya dari para penghuni panti jompo.

“Ibu Euis, Bapak Juno, selamat atas pernikahannya. Bahagia rasanya melihat Ibu dan Bapak bisa bersatu, menjadi suami istri.”

“Terima kasih Nak Juno. Berkat dompet yang hilang, kami dipertemukan oleh Nak Juno.”

Air mataku menggenang melihat mereka memakai pakaian pengantin. Bapak Juno dengan pakaian adat Jawa dan Ibu Euis dengan pakaian adat Sunda. Aku yakin bahwa larangan perkawinan antara Jawa dan Sunda hanya mitos saja.

Aku kagum kepada mereka berdua yang mampu memelihara cintanya, CINTA YANG TIDAK PERNAH PUDAR oleh waktu. Aku sendiri kurang yakin apakah cintaku kepada Dewi akan langgeng seperti hal cintanya mereka berdua.

TAMAT

Cerpen dengan judul "Cinta Yang Tidak Pernah Padam (Part 2)", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Cinta Yang Tidak Pernah Padam (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Bambang Winarto, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Bambang Winarto.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 1 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Bambang Winarto? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar