“Rani, baca Alquran!!”,
Lagi-lagi mama berteriak.
Jika sudah begitu, Rani hanya bisa menjawab, “Ya, ma!” dan melakukan apa yang mamanya perintahkan.
Oh ya, Rani adalah seorang anak perempuan yang baru berusia 11 tahun. Ramadan tahun ini berbeda dengan ramadan tahun-tahun sebelumnya. Ramadan tahun ini, mama lebih sering berteriak kepada Rani dengan teriakan yang sama. Itu karena sebelum memasuki bulan Ramadan lalu Rani mengutarakan niatnya untuk mengkhatamkan Alquran di bulan Ramadan tahun ini.
“Ma. Pokoknya Rani bertekad akan mengkhatamkan Alquran selama Ramadan tahun ini”, ujar Rani dengan semangat.
“Betulkah, Rani? Tahun lalu pun kamu bilang begitu tapi akhirnya gak jadi.”, balas mama dengan nada meledek.
“Ish Mama nih, jangan gitu dong. Mama tuh ya harus dukung Rani. Bukan malah meledek Rani. Gimana sih?”, ujar Rani agak sewot.
“Iya, mama dukung kok. Tapi kamu harus konsisten. Kalau kamu ingin mengkhatamkan Alquran selama Ramadan, berarti kamu harus membaca minimal satu juz setiap hari. Bisa?”
“Bisa dong, ma. Pokoknya Rani harus bisa. Bantu Rani, ya.”
“OK, mama bantu”
Sebab itu lah mama lebih sering berteriak untuk mengingatkan Rani agar lebih giat membaca Alquran. Niat mama cuma ingin Rani bisa mencapai target yang ia tetapkan: khatam Alquran di bulan Ramadan tahun ini.
Hari pertama sampai hari ke-5 Ramadan
Pihak sekolah Rani menetapkan libur awal Ramadan selama hampir sepekan. Sebenarnya selama libur awal Ramadan ini Rani bisa meluangkan waktunya lebih banyak untuk membaca Alquran. Tapi bagi Rani, melazimkan membaca Alquran sebanyak satu juz setiap hari bukanlah hal yang mudah. Selain karena dia masih terbata-bata dalam membaca Alquran, seringkali rasa malas menghinggapi dirinya. Saat rasa malas mulai hinggap, hanya satu hal yang bisa mengusir rasa malas tersebut, yakni teriakan mamanya.
“Rani, baca Alquran!!”
“Iya, ma!”
Seketika itu, semangat Rani pun bergelora kembali.
Hari ke-6 Ramadan
Setelah hampir sepekan libur, Rani pun memulai aktifitas belajarnya di sekolah. Selama Ramadan, Rani bersekolah hanya tiga jam saja. Kegiatan belajar di sekolahnya dibagi menjadi tiga kegiatan: mendengarkan tausiah Ramadan, pembelajaran umum, dan tilawah Alquran.
Saat kegiatan tausiah, Rani bersama teman-temannya mendengarkan untaian nasihat yang disampaikan oleh gurunya dengan khusyu’. Saat pembelajaran umum pun Rani berusaha mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik. Dan saat pembelajaran tilawah Alquran, Rani juga mengikuti pembelajaran tilawah dengan baik.
Guru pengajar tilawah Alquran Rani sering mengecek batas tilawah Alquran murid-muridnya, termasuk Rani. Gurunya tersebut selalu memotivasi murid-muridnya untuk mengkhatamkan Alquran selama Ramadan.
Motivasi yang disampaikan oleh gurunya tersebut adakalanya disampaikan secara lisan di depan kelas, dan adakalanya beliau bagikan di grup WA kelasnya dalam bentuk pesan tertulis. Bila gurunya tersebut membagikan pesan tertulis ke grup WA kelas, mama Rani akan meminta Rani untuk membaca pesan yang ditulis oleh gurunya.
Seusai membaca pesan dari gurunya, semangat Rani menjadi menggebu-gebu untuk membaca Alquran. Tapi tak lama kemudian, Semangat itu menipis dan akhirnya hilang entah kemana. Lagi-lagi, teriakan mama menjadi cambuk bagi dirinya untuk membaca Alquran lagi dan lagi.
“Rani, baca Alquran!!”
“Iya, ma!”
Waktu berbuka puasa di hari ke-10 Ramadan
“Rani, kira-kira siapa di antara temanmu yang paling banyak tilawah Alqurannya?”, tanya mama saat berbuka puasa.
“Hmmm.. Siapa ya? Mungkin Hanifah dan Anita, ma.”, jawab Rani.
“Nah, mereka bisa kayak gitu. Kamu gak mau kayak gitu juga?”
“Ya, mau sih ma. Tapi mereka kan udah lancar membaca Alquran. Jadi mereka bisa lebih banyak membaca Alquran”
“Makanya kamu tuh harusnya lebih giat dibanding mereka. Mama yakin mereka bisa seperti itu karena mereka biasa membaca Alquran. Coba deh kamu biasakan membaca Alquran tiap hari. Kalau mereka bisa, mama yakin kamu juga pasti bisa.”
“Iya, ma.”
“Eh, ma. Guru Rani hampir tiap hari mengecek batas tilawah kami.”
“Bagus itu. Trus, kenapa?”
“Ya, Rani malu kalau bilang batas tilawah Rani. Rani merasa kalau tilawah Rani yang paling sedikit.”
“Makanya jangan malas dong.”
“Hehehe.. Iya ma. Lagian, mama juga tahu kan kalau Rani belum terlalu lancar membaca Alquran. Kira-kira, Rani bisa khatam Alquran gak ya ma?”
“Kalau kamu berusaha keras dan tidak malas, tentu kamu bisa. Jangan lupa, berdoa. Minta sama Allah biar dimudahkan.”
“Ya, ma”
“Emang kamu sekarang sudah sampai juz berapa?”
“Juz tujuh, ma.”
Setelah mendengar jawaban itu, mama langsung melotot ke arah Rani.
“Baru juz tujuh?! Padahal hari ini sudah hari kesepuluh Ramadan, dan besok sudah hari kesebelas! Kalau kayak gini, gimana kamu bisa khatam?!”
Setelah itu, mama langsung “berceramah” panjang lebar. Dan Rani hanya bisa menunduk pasrah.
Waktu pagi saat hendak sahur di hari ke-16 Ramadan
Rani merasa tidak sehat. Saat hendak bangun untuk sahur, Rani memanggil mama.
“Ada apa sayang?”
“Ma, kayaknya Rani demam. Badan Rani panas. Kepala Rani juga pusing.”
Mama meraba kening Rani. Terasa panas sekali.
Beberapa hari ini cuaca sedang tidak bersahabat. Siang hari cuaca sangat terik. Bila cuaca sedang terik, matahari memancarkan sinarnya dengan sangat terik. Saking teriknya cuaca, Rani merasa cepat sekali lelah dan dahaga yang tak tertahankan.
Setelah beberapa hari cuaca sangat terik, keesokan harinya berubah menjadi dingin dan bahkan hujan mengguyur dengan derasnya.
Perubahan cuaca yang cukup ekstrim akhir-akhir mempengaruhi kondisi kesehatan banyak orang. Bahkan teman-teman Rani tidak masuk sekolah secara bergantian karena sakit selama beberapa hari.
Dan hari ini, giliran Rani yang dilanda sakit.
Mama Rani menyarankan Rani untuk tidak berpuasa karena khawatir akan kesehatan Rani. Namun Rani menolak. Rani ingin tetap berpuasa. Dia merasa dirinya akan baik-baik saja walaupun dalam keadaan berpuasa.
Akhirnya Rani tetap berpuasa selama dirinya sakit, walaupun dia harus habiskan waktunya lebih banyak di atas tempat tidur.
Rani buktikan dirinya sanggup untuk tetap berpuasa walaupun dalam keadaan sakit, namun dia tidak sanggup membaca Alquran sebanyak satu juz. Selama tiga hari Rani lebih banyak berbaring di tempat tidurnya. Dan Rani juga berusaha untuk membaca Alquran sesuai dengan kesanggupannya.
Hingga akhirnya kesehatan Rani pulih kembali dan bisa beraktifitas seperti sedia kala.
Malam ke-19 Ramadan
“Huwaaaaa… Gimana nih ma? Tilawah Rani tertinggal jauh. Apa mungkin Rani bisa khatam sebelum Ramadan berakhir?”
“Rani sebal pada diri Rani. Rani kesal. Rani menyesal selama ini Rani terlalu santai. Dan sekarang Ramadan hanya tersisa sepuluh hari saja.”
Rani menangis sesenggukan di hadapan mamanya.
Hari ini adalah hari ke-19, harusnya Rani sudah membaca Alquran sebanyak 19 juz tapi nyatanya batas akhir tilawahnya adalah juz 10.
Rani merasa kesal terhadap dirinya yang lemah. Rani juga menyesal karena selama ini dia banyak menyia-nyiakan waktunya.
Kali ini mama bisa merasakan penyesalan Rani. Penyesalan yang mudah-mudahan tulus berasal dari hatinya.
“Sudah-sudah. Tak ada gunanya menyalahkan diri sendiri. Yang harus kamu lakukan adalah berbenah diri. Perbaiki niatmu. Bulatkan kembali tekad, dan perkuat usahamu.”
“Sebentar lagi kita akan memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Nanti kita akan hidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan dengan tilawah Alquran. Mudah-mudahan kamu bisa khatam Alquran sebelum Ramadan selesai.”
“Dan doa itu penting. Berdoalah kepada Allah untuk memohon kekuatan. Kita ini makhluk yang lemah. Dan Allah itu Maha Kuat. Makanya kita memohon kekuatan untuk beribadah di sepuluh malam terakhir nanti.”
“Dan yang penting lagi, sabar dan jangan malas.”
Mama sampaikan nasihatnya panjang lebar sambil mengusap kepala anak gadisnya tersebut. Nasihat tersebut sepertinya masuk ke dalam hati Rani.
Rani berjanji, bahwa dirinya akan membulatkan tekadnya untuk mengkhatamkan Alquran sebelum Ramadan berakhir.
Hari ke-20 s.d 27 Ramadan
Rani membuktikan kalau dirinya bisa mengkhatamkan Alquran selama Ramadan. Pembuktiannya bukan sekedar isapan jempol belaka. Pembuktiannya itu diwujudkan dalam usaha yang nyata.
Untungnya, pihak sekolah Rani memutuskan untuk meliburkan murid-muridnya di sepuluh hari terakhir. Hal ini membuat Rani bahagia karena Rani bisa leluasa membaca Alquran setiap saat.
Seusai bersantap sahur sambil menunggu waktu subuh, Rani mengambil wudhu kemudian membaca Alquran hingga azan subuh berkumandang.
Seusai melaksanakan shalat subuh juga demikian. Setelah berzikir, dia langsung membuka Alquran dan membacanya. Terkadang mama menjumpainya tertidur dan Alquran ada di pelukannya.
Meskipun teriakan mama masih saja sering bergema, namun saat itu dia sedang membaca Alquran.
“Rani, baca Alquran!!”
“Iya, ma. Ini Rani sedang baca Alquran”
Seusai shalat fardhu, Rani berusaha untuk sempatkan diri untuk membaca Alquran.
Bahkan di sepuluh malam terakhir Ramadan, semangat Rani begitu menggebu-gebu. Seusai shalat terawih di masjid, Rani membaca Alquran dan ketika pulang dari masjid pun Rani melanjutkan bacaan Alqurannya di kamarnya. Tak jarang mamanya mendapati Rani membaca Alquran hingga hampir tengah malam.
“Rani, tidur gih. Malam udah mulai larut. Besok lagi dilanjutkan”
“Iya, ma. Sebentar lagi. Tanggung”
“Jangan lupa matikan lampu kalau mau tidur.”
“Iya, ma”
Mamanya merasa bangga dan jadi terharu dengan kegigihan usaha Rani.
“Mudah-mudahan kamu istiqamah ya, nak.”, gumam mamanya dengan senyuman tersungging di bibirnya dan tak terasa air matanya menetes.
Waktu sahur hari ke-28
“Udah berapa juz kamu baca, Rani?”
“Mama mau tahu, atau mau tahu banget?”
“Ih, apaan sih kamu ini?”
“Hehehe.. Hari ini Rani masuk juz 28. Insya Allah besok khatam”
“Nah, gitu dong”, mamanya tersenyum mendengar jawaban anak gadisnya itu.
“Eh, ma. Kalau nanti Rani berhasil khatam, mama mau kasih hadiah apa?”
“Ehh, kok gitu?”
“Iya dong, ma. Rani kan udah berhasil mengkhatamkan Alquran. Kata guru Rani, itu sebuah prestasi. Kalau kita berprestasi, boleh diberikan self reward katanya. Penghargaan diri biar lebih semangat.”
“Huuh.. kamu ini. Memangnya kamu mau apa sebagai self reward? Nanti minta sama papa saja. Tapi jangan yang mahal-mahal.”
“Hmmm.. Apa ya? Nanti deh Rani pikirkan.”
Hari ke-29 Ramadan
Rani membuktikan bahwa dirinya bisa melampaui kemampuannya. Meskipun dengan bersusah payah dan terbata-bata, Rani membuktikan dirinya bisa mengkhatamkan Alquran selama Ramadan.
Hari ini adalah hari terakhir pembuktian ucapan Rani kepada mama. Seusai shalat subuh, Rani mengurung dirinya di dalam kamarnya. Dari luar kamar, mama bisa mendengarkan suara Rani melantunkan ayat-ayat Alquran.
Rani bertekad untuk tidak keluar kamar sebelum mengkhatamkan Alquran. Ayat demi ayat dilantunkannya hingga tak terasa, lantunan ayat Rani sudah mencapai surat-surat pendek pada juz 30.
Rani membacanya dengan khusyuk hingga tak terasa air matanya menetes di sela-sela bacaan Alqurannya. Tangis haru Rani kian menjadi-jadi saat memasuki tiga surat terakhir dari Alquran, seolah membuatnya tak sanggup lagi untuk melanjutkan bacaannya.
Padahal Rani telah menghafal tiga surat terakhir tersebut. Namun tangis Rani membuatnya terbata-bata saat membacanya.
Akhirnya Rani berhasil mengkhatamkan bacaan Alqurannya, sejurus kemudian tangisnya pecah setelah dia menyelesaikan seluruh bacaan Alqurannya.
Rasa haru menyelimutinya. Kemudian dia bersujud dan menumpahkan rasa syukurnya di dalam sujudnya. Air matanya membasahi sajadah tempatnya bersujud.
Seusai bersujud, dia kembali duduk dan mengusap air matanya. Matanya masih sembab akibat tangis yang ia tumpahkan tadi. Kemudian dia keluar kamar untuk menjumpai mamanya.
“Ma, Rani berhasil mengkhatamkan Alquran.”
Mama langsung memeluk Rani. Mamanya bisa melihat rasa haru dan bangga di mata anaknya itu. Tak terasa air mata mama mengalir dari ujung matanya.
“Kamu berhasil, Rani. Kamu berhasil. Di saat banyak orang dewasa tak mampu melakukannya, kamu berhasil melakukannya. Mama bangga dengan prestasimu.”
Senyum bahagia mama tersimpul di wajahnya.
“Oh iya, ma. Rani sudah putuskan apa yang Rani minta sebagai hadiah buat Rani.”
“Apa yang kamu minta, Rani?”
“Rani minta uang saja sebagai hadiah. Nanti uang itu mau Rani sedekahkan.”
Lagi-lagi, Rani membuat mama terharu.
“Bagus sekali, Rani. Bagus. Itu hadiah terindah buat Rani.”
Sekali lagi, mama memeluk Rani. Mama bangga Rani tumbuh menjadi anak yang baik.
“Mudah-mudahan kamu istiqamah, nak”
“Aamiin”, jawab Rani.
Cerpen Tilawah Alquran Rani merupakan cerita pendek karangan Aqil Azizi, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Aqil Azizi.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi