Trotoar begitu penuh dilewati orang-orang lalu lalang yang entah akan pergi kemana. Sudah menjelang sore, nampaknya mereka akan pulang ke rumahnya. Dengan langkah yang pasti, orang-orang itu tampak tak sabar ingin beristirahat di tempatnya yang mereka anggap sebagai rumah.
Dari keramaian orang yang berlalu lalang, dua orang sedang duduk di halte menunggu datangnya bus. Tak ada percakapan, mereka berdua larut dalam pikirannya masing-masing.
“Kamu tau gak, apa yang sedang aku cari?” Tanya Auryn tiba-tiba.
Ryan menengok ke arah Auryn untuk memastikan apakah pertanyaan itu untuknya atau bukan. Tapi yang ditatap malah menatap lurus ke depan tanpa membalas tatapannya.
“Emangnya apa yang kamu cari?”
“Rumah.”
Ryan bingung. Terkadang Auryn memang menanyakan hal yang random, dan Ryan masih belum terbiasa akan hal itu.
“Kamu kan mau pulang ke rumah, ngapain dicari?” Tanya Ryan masih menatap orang di sampingnya yang masih saja menatap lurus.
“Bukan rumah jenis itu.”
“Emang rumah ada jenisnya?”
Pertanyaan yang semakin random, terkadang Ryan sangat penasaran apa saja yang ada di dalam isi kepala Auryn.
Auryn menatap Ryan yang ternyata masih menatapnya. Menghembuskan napas perlahan, lalu mengubah duduknya menjadi menghadap Ryan.
“Ada. Namanya rumah jenis manusia.”
“Emangnya ada jenis rumah kayak gitu?” Ryan ikut mengubah duduknya menghadap Auryn. Wanita itu sedang menggerakkan bola matanya ke kanan dan ke kiri. Ia sedang bingung dan sedang mencari jawaban dari pertanyaannya.
“Yaa, ada. Rumah yang bisa meluk aku, yang bisa ngusap kepala aku, yang ketika aku lagi gak baik-baik aja dia bisa nampung aku, dan yang bisa buat aku nyaman.” Jelas Auryn sambil tersenyum menatap Ryan.
“Terus sekarang udah ketemu belum, sama rumah yang kamu cari?”
“Udah.”
“Oh ya? Siapa?”
Auryn tidak langsung menjawab, ia malah menatap Ryan lurus, memperhatikan matanya yang selalu menjadi kesukaannya saat pertama kali bertemu. “Kamu.”
Sedikit terkejut, Ryan mengedipkan matanya bingung. Mungkin ia salah dengar karena kendaraan yang terlalu bising.
“Aku maunya kamu jadi rumahku, dan aku jadi penghuninya. Tapi sayangnya rumah yang aku mau sudah ada penghuninya. Sangat disayangkan kita ketemu di waktu yang kurang tepat.”
Ryan diam membisu. Suara bising yang terdengar nampaknya tidak berpengaruh dengan kalimat yang Auryn ucapkan, karena ucapannya sangat jelas Ryan dengar.
“Sejak kapan?”
“Apanya?”
“Kamu mau aku jadi rumahmu?”
Auryn mengubah posisi duduknya kembali kedepan, seolah-olah sedang berpikir sambil mengerutkan dahinya.
“Hhmm, sejak kapan’ yah?”
Auryn tersenyum lebar yang perlahan berubah menjadi senyuman tipis, yang mana Ryan tahu jika itu adalah senyum yang dipaksakan. Senyuman yang terkadang sangat mengganggunya.
“Gak usah dipikirin, aku kan masih punya rumah yang menjadi tempatku berteduh, rumah yang gak akan ninggalin aku biarpun aku punya rumah jenis manusia.”
Dan senyuman tipis itu kembali terlihat, mengakhiri percakapan yang entah sejak kapan, sangat berat untuk diingat.
Cerpen Rumah - Cerita Pendek merupakan cerita pendek karangan Deregen22, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Deregen22.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi