

Belakangan media sosial digunakan banyak orang untuk saling berinteraksi dan membuat konten yang relate dengan hobi dan keahliannya. Sebagian besar media sosial memanfaatkan konten visual untuk menarik para penggunanya seperti fitur untuk berbagi unggahan foto dan video.
Saat ini banyak yang membagikan aktivitas kesehariannya ke akun media sosial pribadinya masing-masing. Biasanya nggak hanya mengunggah foto atau video, para pengguna media sosial juga kerap menambahkan caption yang relate dengan foto atau video yang diunggah.
Dengan caption, orang lain dapat mengetahui maksud atau cerita di balik foto atau video yang kamu bagikan ke media sosial. Namun, rupanya terkadang banyak yang merasa bingung untuk menuliskan caption. Biasanya banyak pengguna yang menggunakan berbagai quotes keren untuk dijadikan caption.
Dengan menuliskan caption yang menarik, kamu bisa mendapat perhatian orang lain untuk ikut memberikan respons berupa like, komentar, atau bahkan dibagikan pada orang lainnya. Kamu pun bisa menginspirasi orang lain melalui caption yang bermakna dan memberikan semangat.
Nah, buat sahabat Cerpenity yang hobi mengunggah aktivitas keseharian ke media sosial, Mimin Cerpen.me punya beberapa quote cerpen estetik dan keren yang cocok dijadikan caption medsosmu yang telah dirangkum dari berbagai sumber hasil karya Gen Z Milenial.

Hidup berpasangan katanya sesuai dengan alam, seperti buaya yang hidup monogami tapi ironisnya malah menjadi ikon ketidaksetiaan.
Ada keindahan yang bergeming saat saya masih diizinkan untuk menatap langit senja, untuk tertawa lepas, untuk mengalirkan air putih segar lewat tenggorokan, untuk mendengar derai hujan yang beradu dengan bumi, untuk merasakan hangat kulit manusia lain lewat genggaman.
Manusia yang paling kau rindu ada di hadapanmu dan tetap tak kau temukan apa yang kau cari. Tidakkah itu membuat siapapun ingin gila?
Dalam keadaan mabuk asmara, kita akan merasa lahir untuk seseorang yang kita cinta.
Kelima hal itu adalah kekasih saya sesungguhnya. Pacar-pacar gelap tapi tetap.
Kita adalah konflik yang berjalan di atas dua kaki, dari mulai kita bangun pagi hingga kembali tidur.

Cinta adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dan bukannya tumbuh alami.
Hidup ini tak mudah. Untuk itu kita justru harus belajar menghargai setiap jengkalnya.
Bukan untuk memperlama denyut jantung, tapi mengajarkan saya bahwa hidup itu amat berharga dan selalu kaya makna, andai saja kita memilih untuk mengetahuinya.
Betapa hal kecil yang saya lewatkan begitu saja ternyata menjadi perbuatan besar dan berkesan di mata mereka. Dan barangkali demikian pula halnya dengan rangkaian keajaiban dalam hidup ini. Sering kita berjalan mengikuti arus tanpa sempat lagi mengamati keindahan-keindahan besar yang tersembunyi dalam hal-hal kecil yang kita lewati. Kita menanti perbuatan-perbuatan agung yang tampak megah dan melupakan bahwa dalam setiap tapak langkah ada banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna.
Bom waktu itu ada di mana-mana. Kematian adalah jaminan, sebuah kepastian. Caranya saja yang bervariasi, hasil akhir toh sama.
Dan 'hidup' dalam konteks ini artinya bukan berapa lama kita bernapas, melainkan seberapa bermakna kita mampu memanfaatkan hidup, mortalitas yang berbatas ini?
Tenggorokan, untuk mendengar derai hujan yang beradu dengan bumi, untuk merasakan hangat kulit manusia lain lewat genggaman. Sederhana memang, sama halnya dengan semua penelusuran pelik yang biasanya berakhir pada penjelasan sederhana.
Riak dan gelombang boleh turun dan pasang, pasangan saya boleh berganti, sehat-sakit-susah- senang boleh bergilir ambil posisi, tapi ada keindahan yang bergeming saat saya masih diizinkan untuk menatap langit senja, untuk tertawa lepas, untuk mengalirkan air putih segar lewat.
Kita adalah konflik yang berjalan di atas dua kaki, dari mulai kita bangun pagi hingga kembali tidur.
'Aku' otomatis menciptakan 'kamu', 'kita', 'mereka', 'dia'. 'Aku' menciptakan keterpisahan. Dan 'aku' jugalah yang mendambakan penyatuan.
Karena kompetisi genetika. Mereka yang lebih cantik akan punya peluang lebih besar untuk mendapatkan pasangan.
Jantung kita mendegupkan hidupnya selalu di saat ini. Kita tak mampu memutar balik degup jantung kita yang lewat, atau memproyeksikan degup jantung kita di waktu yang akan datang.
Seringkali terasa sulit untuk bernafas bebas dari ekspektasi orang lain, apakah dalam bentuk norma, nilai, aturan maupun kondisi sosial yang mengikat kita. Bahkan terkadang keterpenjaraan ini pun secara halus diungkapkan sebagai "kebebasan yang bertanggung jawab", agar kita tidak lagi mengenang kesejatian ekspresi pendapat maupun sikap kita.
Seperti tingkap kaca, seolah-olah tidak ada batasnya, tapi kepala kita terantuk juga.
Dalam keadaan mabuk asmara, kita akan merasa lahir untuk seseorang yang kita cinta.
Adalah konflik yang berjalan di atas dua kaki, dari mulai kita bangun pagi hingga kembali tidur.
Itulah cinta. Itulah Tuhan. Pengalaman, bukan penjelasan. Perjalanan, dan bukan tujuan. Pertanyaan, yang sungguh tidak berjodoh dengan segala jawaban."
Kematian adalah jaminan, sebuah kepastian. Caranya saja yang bervariasi, hasil akhir toh sama.
Dan 'hidup' dalam konteks ini artinya bukan berapa lama kita bernapas, melainkan seberapa bermakna kita mampu memanfaatkan hidup.
Riak dan gelombang boleh turun dan pasang, pasangan saya boleh berganti, sehat-sakit-susah- senang boleh bergilir ambil posisi, tapi ada keindahan yang bergeming saat saya masih diizinkan untuk menatap langit senja, untuk tertawa lepas, untuk mengalirkan air putih segar lewat tenggorokan, untuk mendengar derai hujan yang beradu dengan bumi, untuk merasakan hangat kulit manusia lain lewat genggaman. Sederhana memang, sama halnya dengan semua penelusuran pelik yang biasanya berakhir pada penjelasan sederhana.
Hal-hal ini menjadi jaminan penghiburan jiwa saya selagi menjalani berbagai peran dan ragam drama yang harus dimainkan dalam hidup. Dan inilah daftar tersebut, dalam susunan acak: Langit senja. Tertawa. Minum air putih. Suara hujan. Bergandengan tangan.

Saya begini karena kamu begitu. Saya jadi begini karena kemarin saya berbuat begitu. Siapa yang menabur, dia akan menuai.
Jika saya tergelincir nanti, maka sesuatu akan menyeruak muncul dari kekosongan, meraih tangan saya yang hampa dan kembali membawa saya bangkit berdiri. Saya tak ingin memberinya nama. Saya tak ingin menjeratnya dalam sebuah identitas. Yang saya tahu, saya bersisian dengannya. Seperti partikel dengan gelombang. Seperti alam material dan imaterial.
Dan kini aku kembali menjadi aku, siapapun itu, aku tak tahu. Aku hidup. Aku utuh. Itu saja.
Kita bertanggung jawab atas suplai oksigen masing-masing. Jika pemerintah kota ini tak bisa memberi kita paru-paru kota yang layak, tak mampu membangun tanpa menebang pohon, mari perkaya oksigen kita dengan menanam sendiri.
Menghadirkan cinta dan kebahagiaan.
Warna kulit bukanlah penentu dalam.
Ikan dalam akuarium yang mencari-cari air.
Jangan-jangan di dunia ini tidak ada yang sesungguhnya tidak indah, hanya kita yang tak pernah memberikan perhatian penuh sehingga keindahan itu kerap luput.
Kita menanti perbuatan-perbuatan agung yang tampak megah dan melupakan bahwa dalam setiap tapak langkah ada banyak kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna.
Sementara kebanyakan dari kita menjalani hari-hari seperti mayat hidup yang bergerak tapi mati, ada dan tiada, tanpa makna dan tujuan, tanpa menghargai keindahan dan keajaiban proses bernama hidup.
Kemerdekaan seperti tingkap kaca, seolah-olah tidak ada batasnya, tapi kepala kita terantuk juga.
Berharap kita semua akan menemukan jalan untuk hidup beriringan dengan makhluk lain tanpa perlu menyekap dan memangsa.
Riak dan gelombang boleh turun dan pasang, pasangan saya boleh berganti, sehat-sakit-susah- senang boleh bergilir ambil posisi, tapi ada keindahan yang bergeming saat saya masih diizinkan untuk menatap langit senja, untuk tertawa lepas, untuk mengalirkan air putih segar lewat tenggorokan, untuk mendengar derai hujan yang beradu dengan bumi, untuk merasakan hangat kulit manusia lain lewat genggaman. Sederhana memang, sama halnya dengan semua penelusuran pelik yang biasanya berakhir pada penjelasan sederhana.
Dalam keadaan mabuk asmara, kita akan merasa lahir untuk seseorang yang kita cinta. Dalam keadaan terinspirasi, kita merasa lahir untuk berkarya dan mencipta.
Cerpen Quote Cerpen Karya Gen Z Milenial merupakan cerita pendek karangan Cerpen.me, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Quote, atau cerpen menarik lainnya dari Cerpen.me.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi
