Cinta
Diterbitkan di Cinta
avatar
waktu baca 20 menit

Perpisahan

Perpisahan

Dona hanya tertunduk lesu sambil memandangi foto-foto dalam ponsel pintarnya. Foto-fotonya tersebut merupakan kumpulan kisah tentang persahabatan antara dia dan Rahma. Sesekali air matanya tampak mengalir ke pipinya dan akhirnya jatuh di atas ponsel yang dia pegang.

Kamu sudah sampai mana, Don?

Sudah dekat, kan? Sebentar lagi pesawatku akan lepas landas.

Pesan dari Rahma yang baru saja diterima langsung dia baca. Dalam diamnya, Dona menoleh ke arah ayahnya seolah berkata, “Ayah, cepatlah”.

Ayahnya yang sedari tadi memperhatikan dari belakang kemudi mobil seakan mengerti dengan bahasa diam Dona.

“Sabar ya, Dona. Sebentar lagi kita sampai di bandara”

Dona hanya mengangguk mengiyakan perkataan ayahnya.

Aku sudah dekat, Rahma.

Semoga aku tiba tepat waktu.

Balas Dona kepada Rahma.

Di bandara, Rahma sudah menunggu sedari tadi. Di balik kaca ruang tunggu dia berdiri. Setengah jam lagi pesawat yang akan ditumpanginya akan lepas landas. Hatinya semakin cemas.

“How is she, Rahma? Has Dona arrived?”

(Bagaimana dengan Dona, Rahma? Apakah Dona sudah tiba?)

Tanya mamanya, yang ikut merasakan perasaan Rahma yang sedang khawatir bila sahabat anaknya itu tidak sampai tepat waktu.

” Not yet, mom. But she has been close. Could we wait for her a while, mom?”

(Belum, ma. Tapi dia sudah dekat. Bisakah kita menunggunya sebentar lagi, ma?)

Mama mengangguk pelan.

Akhirnya mobil yang ditumpangi Dona dan ayahnya tiba di kawasan bandara. Setelah mobilnya terparkir, Dona langsung keluar dan berlari mengikuti petunjuk arah yang dibagikan Rahma melalui ponselnya. Dia terus menerjang jalanan. Dia tak pedulikan rintik hujan yang mulai membasahi jilbabnya. Dia tak peduli dengan manusia yang berlalu lalang. Yang dia pedulikan hanyalah bagaimana agar segera berjumpa dengan sahabatnya yang akan berpisah dengan dirinya.

Sebenarnya rencana kepergian Rahma sudah diketahui Dona sejak sebulan yang lalu. Rahma sendiri yang memberitahukannya. Rahma harus mengikuti kedua orangtuanya untuk berpindah tugas kembali ke benua biru dengan empat musimnya, Eropa. Namun waktu seakan berlalu begitu cepat hingga tak disadari bahwa perpisahan Dona dengan sahabatnya, Rahma tak lagi menunggu hitungan hari.

Persahabatan keduanya terjalin tak begitu lama. Rahma adalah seorang murid yang baru beberapa bulan yang lalu berpindah ke sekolah Dona. Sifat Rahma yang ramah, ceria, dan supel menjadikannya mudah bergaul. Demikian juga dengan Dona. Saat Rahma datang ke sekolahnya, dan bu guru memperkenalkannya di hadapan para murid, Dona adalah satu-satunya murid yang menawarkan diri dan membuka hatinya untuk Rahma. Tak butuh waktu lama mereka sudah menjadi akrab layaknya dua orang sahabat yang telah lama saling mengenal. Begitulah awal mula persahabatan Rahma dan Dona.

Dona selalu berusaha hadir untuk Rahma. Dia membantu Rahma beradaptasi dengan lingkungan barunya. Dia tak pernah merasa keberatan membantu Rahma. Bila Rahma merasa kesulitan memahami suatu pelajaran, Dona akan berperan seperti seorang guru yang baik dalam menerangkan pelajaran.

Demikian juga dengan Rahma, pasti ada cerita yang dikisahkan dari mulut mungilnya kepada Dona. Jika sudah begitu, Dona akan menjadi seorang pendengar yang baik, yang menyimak setiap detil cerita Rahma.

Rahma mahir beberapa bahasa asing. Rahma dilahirkan di Inggris. Mamanya adalah seseorang berkebangsaan Inggris. Sedangkan papanya adalah orang asli Indonesia. Perpaduan dua ras ini menjadikan Rahma memiliki paras cantik. Wajahnya merupakan perpaduan antara ras Eropa dan Asia. Kemampuan berbahasanya diperolehnya saat berada di beberapa negara yang pernah ditinggalinya karena sang papa sering berpindah penugasan kerja di beberapa negara.

Rahma tak merasa keberatan mengajari Dona bahasa asing. Dan Dona juga sangat antusias menimba ilmu bahasa asing dari Rahma. Dona adalah anak yang sangat cerdas. Dalam waktu yang singkat, Dona sudah mahir berbahasa asing, terutama Bahasa Inggris.

Saat akhir pekan ataupun masa libur sekolah, Dona sering berkunjung ke rumah Rahma. Demikian juga Rahma. Mereka akan bergantian untuk saling mengunjungi. Mereka melakukan banyak hal. Mengerjakan tugas-tugas sekolah, belajar bersama, bermain bersama, hingga mencoba resep masakan baru adalah hal yang biasa mereka lakukan bersama.

Saat berkunjung ke rumah Rahma, Dona akan merasa senang bila diminta Rahma untuk membantunya menyiapkan makanan. Memasak adalah hobi Rahma. Dia bersama mamanya gemar mencoba resep-resep masakan baru ala Barat. Setelah memasak bersama, Rahma dan Dona akan bersantap bersama. Pengalaman bersantap bersama dengan Rahma dan keluarganya merupakan pengalaman yang mengasyikkan, karena Dona bisa belajar tentang kebudayaan dunia melalui masakan yang ia santap.

Saat giliran berkunjung ke rumah Dona, Rahma merasa sangat senang. Dona juga sering mengajak Rahma untuk membantu ibunya memasak di dapur. Sejak bersahabat dengan Rahma, Dona jadi suka membantu ibunya memasak. Ibu Dona sangat pandai memasak masakan Indonesia. Apapun masakannya pasti Dona suka karena Dona pun tidak memilih-milih kalau makan.

Rahma juga menyukai masakan ibu Dona. Dia banyak belajar tentang masakan Indonesia melalui ibu Dona. Masakan ibu Dona mengingatkannya kepada neneknya yang mahir sekali memasak masakan Indonesia. Rahma suka sekali dengan masakan Indonesia yang dimasak oleh neneknya. Sayangnya, nenek Rahma meninggal dunia tiga tahun lalu saat wabah Covid-19 melanda.

Kenangan yang dilalui Dona bersama Rahma seolah diputar ulang. Dona mengingat setiap hal yang dia lakukan bersama Rahma. Kenangan-kenangan tersebut membuat air mata Dona mengaliri pipinya, meskipun tersamar dengan rintik hujan yang menerpa wajahnya.

Dona terus berlari menuju Rahma walaupun pakaiannya basah akibat hujan yang mengguyurnya tadi. Ia tak peduli.

Dona sudah semakin dekat. Hanya tinggal menaiki tangga berjalan, dan Dona sudah tiba di ruang tunggu tempat Rahma berada.

Tunggu aku, Rahma..

Sementara itu,

“Rahma, we have to go. Our time is running out”, mama mengingatkan Rahma bahwa sebentar lagi pesawatnya akan lepas landas.

(Rahma, ayo kita harus pergi. Kita hampir kehabisan waktu)

“But, mom..” (Tapi, ma..)

“Come on, honey. We have to go”

(Ayo, sayang. Kita harus pergi)

Rahma berbalik badan kemudian melangkah dengan langkah lunglai meninggalkan ruang tunggu.

Tiba-tiba,

“Rahmaa..!!”

Dona berteriak memanggil nama sahabatnya dengan keras ke arah ruang tunggu. Dan Rahma mendengar teriakan Dona.

“Do you hear that, mom? That’s Dona!!”

(Dengar itu, ma? Itu Dona!!)

Rahma berbalik badan dan melihat Dona di kejauhan. Rahma pun berlari ke arah Dona.

“Honey, please!”, cegah mamanya.

(Sayang, kumohon!)

“It’s okay. Give her a little more time, darling”, papa menghentikan mama dengan maksud membiarkan Rahma menjumpai Dona.

(Tak apa. Berikan dia sedikit waktu, sayang)

Saat raga kedua sahabat itu bertemu, mereka lalu saling berpelukan erat. Mereka tahu, ini adalah perjumpaan terakhir mereka. Perjumpaan yang mungkin saja tak akan terulang kembali. Oleh karenanya mereka saling berpelukan erat seakan tak ingin lepas. Seolah mereka tak ingin berpisah. Tangis pun pecah. Dan air mata membasahi jilbab mereka.

“Rahma, kamu tak harus pergi. Kamu bisa tinggal di sini bersamaku”

“No, I have to go, Don. Aku tak bisa tinggal di sini. Aku harus pergi bersama papa dan mamaku”

“I am so sorry for this, Don. But don’t worry, I will be here for you one day”, lanjut Rahma untuk menghibur sahabatnya itu.

(Aku minta maaf karena ini, Don. Tapi jangan khawatir, aku akan di sini lagi untukmu suatu hari nanti)

“Janji ya, kamu akan ke sini lagi. Ya, kan Rahma?”

“I promised” (Aku janji)

Lalu mereka menyilangkan kedua jari kelingking mereka sebagai tanda janji.

“Saat aku datang lagi, maukah kamu menjadi sahabatku lagi, Don?”

“Tentu, Rahma. Tentu aku mau. Mudah-mudahan aku ada saat itu untuk menyambut kedatanganmu sekali lagi”, Jawab Dona dengan air mata yang mengalir di pipinya.

“Thank you, Dona. Thank you for being my friend”, ucap Rahma berbisik di dekat telinga Dona.

(Terima kasih, Dona. Terima kasih telah menjadi sahabatku)

Lagi-lagi tangis Dona pecah kembali mendengarkan ucapan terima kasih tersebut. Ucapan terima kasih yang tulus dari seorang sahabat yang akan pergi jauh. Dona memeluk Rahma sekali lagi.

“Me too. Thank you for everything, Rahma”, balas Dona.

(Aku juga berterima kasih kepadamu, Rahma. Terima kasih atas segalanya)

Panggilan terakhir pun bergema. Panggilan terakhir sebagai tanda bahwa Rahma harus pergi karena pesawat yang akan membawanya ke Eropa akan segera lepas landas.

“That’s our last call, honey. Its time to go…”, ucap mama kepada Rahma

(Itu panggilan terakhir kita, sayang. Saatnya pergi…)

“Let her go, honey. It’s okay..”, lanjut mama

(Lepaskan, sayang. Tidak apa..)

Dengan lembut mama menarik pundak Rahma agar Rahma mau melepaskan pelukan Dona.

“Goodbye, my friend. You will be missed. Always..”, ucap Rahma sambil mengusap air matanya.

(Selamat tinggal, teman. Kau akan kurindukan. Selalu..)

Setelah itu Rahma melambaikan tangannya pelan sebagai tanda perpisahan.

Kemudian Rahma berjalan menjauh meninggalkan Dona. Dia berjalan membelakangi Dona yang terus menangis. Rahma pun tak berbeda dengan Dona. Air mata Rahma juga mengalir dan membasahi pipinya.

Pandangan Dona terus tertuju kepada sahabatnya yang terus berjalan menjauh hingga akhirnya sahabatnya menghilang dari pandangan matanya.

Ayah yang dari tadi berdiri di belakang Dona berjalan mendekat ke arah Dona, kemudian mengusap kepala Dona.

“Suatu saat kamu akan mengerti, bahwa setiap perjumpaan pasti ada perpisahan.”

Cerpen dengan judul "Perpisahan", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Perpisahan merupakan cerita pendek karangan Aqil Azizi, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Aqil Azizi.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 1 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Aqil Azizi? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar