“Nara kesini sebentar..” panggil hasan teman sekolahku.
“Ada apa hasan?” tanya nara dengan kening berkerut.
“Ini ambilah.. aku membuatnya untukmu.” hasan menyerahkan sebuah gelang berwarna biru keungu-unguan dengan manik-manik love dan ada nama naranya.
“Hei? Kau menghabiskan waktumu hanya untuk membuatkan ini untuku??”
“Tidak juga.”
“Lalu?”
“Ya aku suka saja membuat sesuatu yang akan kuberikan padamu.” jawabnya sambil berlalu pergi.
“Hei tunggu!! Ah orang aneh..” gumam nara sambil menatap gelang pemberian hasan.
—
Nara berjalan santai menuju kelasnya. tiba-tiba ada yang mrmanggilnya dari arah berlawanan dan ternyata itu sahabatnya.
“Hei..! kau yang disana!” seru zya sahabat nara.
“Oh kau? Ada apa?.” tanya nara.
“Ikut aku..” zya menarik nara hingga sampai di bukbook (perpustakaan).
“Hei? Kenapa kau membawaku ke sini?”
“Ooohh.. ayolah nara.. aku ingin curhat padamu.” pinta zya dengan memelas.
“Howw.. baiklah.” nara duduk bersila di hadapan zya.
“Benarkah??” tanya nara.
“Ya, aku sangat berharap dia peka padaku.” harap zya.
“Hmmm..”
“Hei! Apa-apaan kau ini! Kok responya hanya ‘Hmmmm’? Ohh ayolah nara beri sku beberapa kata motivasimu. aku sangat membutuhkanya!.” omel zya.
Nara menoleh pada zya tanpa septah katapun.
“Apa itu masalah untukmu?” tanya nara dengan datar dan sudah memalingkan wajahnya dari zya.
“Hei! Kau tanya itu? Tentu saja itu masalah untuku!”
“I dont care!!” lirih nara lalu berlari pergi.walaupun hanya lirihan namun terdengar jelas di telinga zya.
—
Saat pulang sekolah, nara bertemu kembali dengan hasan. nara melewati hasan dengan cuek namun, hasan malah menahanya dengan mencekal tanganya.
“Lepaskan!!” bentak nara pada hasan.
“Hei? Kenapa kau marah-marah?” tanya hasan.
“Hah..! bukan urusanmu!!” ketus nara.
“Oh ayolah jangan bersikap begitu padaku..” mohon hasan.
“Lepaskan aku! aku ingin pulang!”
Hasan tersenyum..
“Akan kuantar. mari!” hasan menyerrtku ke tempat parkiran.
Hasan menaiki motornya dan menyuruhku untuk naik ke atas motor.
“Hei kenapa kau diam saja? Ayo cepatlah naik..”
“Tidak perlu repot-repot, aku akan pulang sendiri.” nara hendak pergi meninggalakan hasan.namun tanganya kembali dicekal oleh hasan.
“Kau pikir semudah itu lolos dariku?” hasan menatap nara lekat.
Nara merasakan hatinya dag-dig-dug. tapi karena sifat cueknya ia berusaha tenang.
“Hasan! Tak bisakah sehari saja kau tak menggangguku?” nadaku meninggi.
“Tentu saja… tak bisa!” jawab hasan.
“Apa urusanmu denganku? Tidak ada bukan?” bentaku.
Hasan tersenyum dan mendekatkan bibir merahnya pada telingaku.
“Kau tahu? Aku mencintaimu.” kata-kata hasan membuat nara terdiam mematung untuk sesaat.
“Kau menipuku?” tanya nara sambil menatap hasan nanar.hasan tersenyum, senyum yang sangat manis sekali.
“Apa kau berfikir begitu nona nara?” ucapnya sembari meledeku.
“Hei! Jangan panggil aku dengan sebutan itu!” bentak nara.
“Oh ya.. ya.. baiklah.. jangan marah begitu donk..” hasan mencolek-colek pipiku yang merah antara malu dan marah.
“Ah tak tahulah!” narapun pergi meninggalkan hasan dengan pipi yang masih merah dan hati yang sangat kaget plus senang.
—
Hari ini hari rabu, hari yang sangat mrmbosankan untuk nara. ia juga masih teringat jelas kata-kata hasan kemarin siang. nara sebenarnya sudah menyukai hasan sejak pertama kali bertemu. tetapi nara bingung karena ternyata sahabatnya zya juga menyukai hasan. jikalau zya tau nara suka pada hasan pastilah hubungan persahabatan zya dan nara akan merenggang dan lebih parah lagi bisa hancur. bayangkan saja persahabatan yang sudah dibangun oleh nara dan zya sudah 2 tahun, lalu sekarang hancur begitu saja hanya karena cowok? wah parah..!!
“Nara-chaan..” panggil ibu.
“Ada apa?” jawab nara.
“Tolong belikan sayur dan dimsum di toko dray, ibu akan membuat sup.” teriak ibunya.
“Ya baiklah..” nara pun turun ke bawah dan segera melaksanakan perintah ibunya.
Saat di perjalanan.
“Nechan..!!” panggil hary dari arah belakang. hary adalah teman nara ia biasa memanggil nara dengan sebutan ‘NECHAN’ singkatan dari nara-chan. nara menoleh.
“Hmm?oh hei hary..” sapa nara.
“Kau mau kemana nechan? sendirian saja? mau aku temani?” tanya hary bertubi-tubi.
“Tentu!” nara dan hary pun berjalan bersama sembari bercanda tawa.
Keesokan harinya..
“Nara kemarilah..” panggil sahabatku zya.aku menoleh lalu menghampirinya.
“Ada apa?”
“Aku ingin bercerita..”
“Tentang apa?”
“Mimpiku..”
“Baiklah.”
“Jadi semalam itu aku bermimpi sangat buruk..” ucapnya.
“Kau bermimpi apa?” tanyaku.
“Hasan..” lirihnya.
“Hasan? harusnya kau gembira bukan telah memimpikan orang yang kau sukai? Tapi mengapa kau malah menyebutnya dengan mimpi buruk?” tanyaku heran.
“Ya.. harusnya itu yang kurasakan namun.. malah sebaliknya.”
“Apa yang kau impikan?” tanya nara.
“Aku bermimpi hasan menyatakan cintanya padamu dan dia membenciku.” tiba-tiba zya menangis.
“Hei kenapa kau menangis?!” aku kaget.
“Aku sakit, sangat sakit mendengar pengakuan hasan di mimpiku..” tangisnya.
“Ck.. sungguh tak masuk akal!” geramku.
“Tap.. tapi bisa jadi itu benar nara..” sambil menatap manik mata biru lautku lekat.
“Hei? kau percaya dengan mimpimu yang konyol itu?” aku balik menatap manik mata ungunya.
“Ah! aku tak tahu!” ucapnya frustrasi.
—
“Nara-chan.” seru hasan sambil berlari ke arah nara.
“Hei nara? Kau mendengarku?” tanya hasan ketika melihat nara tak meresponya.
Namun yang didapat hasan masih sama tak ada respon.
Hasan lun mulai geram, ia mendekatkan bibirnya pada kuping nara. dan 1.. 2..
“Woi nara!!” teriak hasan tepat di telinga nara. spontan nara kaget ia langsung tersadar dari lamunanya.
“Hei kau! Tak bisakah berbicara lebih baik?” bentak nara.
“Kau yang dari tadi tidak meresponku jadi, ya itu bukan salahku.” ucap hasan tanpa dosa.
“Ahh!! Pergilah aku tak ingin diganggu!” nara sedang stress saat itu. ia stres karena memikirkan zya sahabatnya.
Hasan kaget mendengar perkataan nara.
“Hei? Ada apa denganmu?” tanya hasan khawatir.
“Bukan urusanmu!” nara hendak pergi namun hasan berhasil menahanya dengan mencekal lenganya.
“Hasan kumohon lepaskan! Aku sedang tidak ingin diganggu siapapun.” lirihku seperti sedang menangis dan ya! Memang benar aku sudah mengeluarkan cairan bening dari mataku.
Hasan mengangkat daguku yang sedari tadi menunduk dan ia kaget melihatku menangis.
“Nara hei? nara ada apa denganmu? Kamu kenapa?” tanya hasan panik.
“Aku tak apa.” sambil memalingkan wajahku.
“Kumohon ceritalah padaku apa yang sebenarnya terjadi.” pinta hasan sambil memeluku.aku sudah tak tahan dengan semua ini aku menumpahkan semua beban yang memberatkan pikiranku dengan menangis di pelukan hangat hasan.
“Tenanglah aku ada di sini.” hibur hasan.
“Hasan kau tahu.. aku bingung harus memilih yang mana? Tetapi aku mencintaimu.” isakku disela-sela tangisan.
“Aku mengerti! Aku tak mau kehilanganmu karena orang yang aku sayang adalah kau nara..”
“Terimakasih..” aku dan hasan berpelukan tanpa tau ada yang memperhatikanku dan hasan dengan hati yang sakit.
“Kau tega nara.. tapi aku akan merelakan dia untukmu..” lirih zya sambil menangis dalam diam.
Tamat..
Cerpen Merelakan Dia Untukmu merupakan cerita pendek karangan Wardina Sya, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Wardina Sya.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi