Aku tinggal di desa WONOSARI, Kecamatan PEGANDON, Kabupaten KENDAL. Ayahhku petani, tepatnya buruh tani yang hidupnya bergantung belas kasihan pemilik sawah yang mau menggunakan jasa tenaga kasarnya. Gali lobang tutup lobang sudah biasa dilakukannya ketika mengalami kesulitan uang. Tenaga kasar yang dimiliki digadaikannya. Ibuku, aku memanggilnya Simbok, juga turut bekerja sebagai buruh tani dan bahkan merangkap sebagai pembantu rumah tangga keluarga Bapak JATI LAKSONO. Beliau dikenal sebagai MANTRI HUTAN karena pekerjaannya sebagai kepala penjaga hutan PERHUTANI di desa Wonosari dan sekitarnya. Untuk ukuran desa, kehidupan Bapak Jati lebih dari berkecukupan, mempunyai sawah lumayan luas, beberapa ekor sapi, kambing, ayam, itik, kolam ikan dan entah apa lagi. Sebagian sawahnya dikerjakan oleh ayahku dengan sistem paron, hasilnya separoh untuk ayah dan separoh untuk Pak Mantri. Sepertinya, kehidupan sebagai Mantri Hutan sangat menyenangkan. Aku pun kepengin jadi Mantri Hutan nantinya.
Setiap dua hari sekali Simbok datang ke rumahnya, membantu apa saja atas perintah Ibu Mantri. Malahan, kala aku belum sekolah, selalu diajak Simbok untuk membantu, menyapu pekarangan, mengambil air dari sumur untuk cuci baju, cuci piring, menyiram tanaman dan perintah lainnya. Pokoknya pekerjaan yang di luar rumah aku yang membantunya. Itu, gambaran sekelumit keluargaku, kehidupan orang kecil tanpa pendidikan.
Selain membantu Simbok, oleh Ibu Mantri, aku diminta untuk menemani anak gadis semata wayangnya yang panggilannya DENOK. Usianya lebih muda dariku, terpaut sekitar dua tahun.
“Juno, temani Denok bermain.”
“Baik, Bu.”
Bermain apa saja namanya saja anak-anak. Main layangan, main kelereng, main gampar, main bal-balan, dan masih banyak lagi.
Menginjak SD, aku mendapat tugas tambahan.
“Juno, tolong Denok diawasi kalau di sekolahan.”
“Baik, Bu.”
Repotnya Denok terlalu manja, kalau bermain kepenginnya menang sendiri. Kalau kalah nangis, terus mengadu padaku.
“Mas Juno, itu Sudir nakal, ngganggu Denok.”
Aku datangi Sudir yang sedang bermain dengan temannya.
“Hai…, Sudir, jangan ganggu Denok. Ayo minta ma’af sama Denok.”
Tentu saja Sudir takut padaku. Badanku jauh lebih besar darinya.
Memasuki SMP, Denok menjelma menjadi gadis mungil berkulit kuning langsat dengan rambut sedikit ikal sebahu. Tembong kecil yang melekat di pipinya masih setia menempel diwajahnya tanpa mengurangi kecantikannya.
Sebenarnya nama asli Denok adalah SYLVASARI, nama yang keren. Aku agak heran kenapa tidak dipanggil Sylva atau Sari saja. Pernah aku tanyakan padanya tentang hal ini.
“Denok, nama engkau kan Sylvasari, kenapa dipanggil Denok?”
“Ini kata Ibu, Ayah kan Mantri Hutan, jadi Ayah cinta banget sama hutan. Sylva itu artinya hutan, terus kita kan tinggal di desa Wonosari. Wono kan juga artinya hutan. Jadi nama Sylvasari itu sama saja dengan Wonosari.”
“Oh…Terus kenapa panggilannya Denok, bukan Sylva atau Sari saja.”
“Ini juga kata Ibu, Denok itu artinya gadis montok.”
Aku jadi mengerti kalau Sylva itu artinya hutan, Sylvasari mungkin artinya hutan yang asri. Memang hutan jati di desaku masih tergolong asri.
“Denok, engkau memang gadis cantik dan montok.”
Aku perhatikan wajahnya, matanya berbinar, pipinya sedikit memerah.
“Mas Juno, merayu Denok ya…?”
“Ya…, nggak lah. Denok memang cantik dan montok.”
Kala aku kelas tiga SMP dia kelas satu SMP, paling tidak dalam satu minggu dua kali aku ke rumahnya untuk memberi pelajaran tambahan, apalagi Denok mengalami kesulitan pelajaran yang memerlukan perhitungan seperti aljabar dan ilmu ukur sudut.
“Mas Juno, tolong dong PR aljabarnya. Itu yang nomor 7, 9 dan 11.”
Lain waktu.
“Mas Juno, tolong dong PR ilmu ukur sudutnya. Itu yang nomor 3, 5, 7 dan 9.”
Orangtuanya, terutama Ibu Mantri sangat baik padaku, aku dianggapnya sebagai keluarganya. Setiap kali aku datang untuk memberikan pelajaran tambahan, dimejanya selalu tersedia kudapan: pisang goreng, singkong goreng atau kudapan lainnya. Bahkan sering aku diajaknya makan malam di rumahnya.
“Juno, makan di sini ya… Ibu sudah siapkan opor ayam, tempe bacem dan kerupuk udang. Denok, temani dulu Mas Juno makannya.”
“Ya.., Bu.”
“Juno, anggap saja Denok itu adikmu, dia kan pengin kasih sayang dari seorang kakak yang dapat memperhatikan, menyayangi dan melindungi, bisa kan Juno?”
“Baik Bu, saya akan mengasihi seperti adik saja. Saya sendiri kan tidak punya adik.”
Aku sebenarnya malu kalau diajak makan bersama. Simbok selalu mengingatkanku kalau pas jam makan harus pulang. Walau bagaimana pun simbok adalah pembantu keluarga Ibu Mantri. Kalau aku ambil lauknya sedikit, Denok langsung menambahkannya. Bahkan, pulangnya, aku masih diberi satu rantang nasi dan satu rantang yang berisi lauk.
“Mas Juno, Ibu masak juga untuk Mas Juno. Kalau Mas Juno makannya sedikit nanti Ibu sedih.”
Aku sungguh berterima kasih atas kebaikan keluarga Ibu Mantri. Janjiku, apapun permintaan keluarga Ibu Mantri akan aku penuhi.
Setelah lulus SMP, aku masuk SMA Negeri Kendal. Dari brosur yang di pasang pengumuman, aku dapat mengetahui bahwa SMA Negeri Kendal merupakan salah satu SMA yang difavoritkan di Kabupaten Kendal. Gedungnya megah dengan fasilitas yang lengkap disertai guru-guru yang berkompeten ditambah status akreditasi A serta banyaknya lulusannya yang diterima di berbagai perguruan tinggi ternama merupakan daya tarik bagi lulusan SMP. Terdapat tiga program akademik yaitu IPA, IPS dan BAHASA.
Jarak dari rumah ke sekolah lumayan jauh sekitar 9 km. Pergi-pulang sekolah nglaju dengan sepeda tua yang aku miliki. Berangkat pagi sekitar jam 5.20 bersama dengan Wiko, Woko dan Kardi, di tengah perjalanan biasanya ketemu rombongan dari Cepiring: Ahmad, Jono, Joni, Jojon dan juga dari Patebon: Tatik dan Ubay.
Ke rumah Denok untuk memberi pelajaran tambahan masih seperti biasa. Kesempatan ini sekaligus aku pergunakan untuk mengerjakan PR. Ada penerangan lampu listrik, beda dengan di rumahku yang hanya mengandalkan penerangan teplok.
Di sekolahan, aku termasuk siswa kuper, kurang pergaulan. Waktu istirahat lebih banyak diam di kelas, mengulang pelajaran yang diberikan bapak dan ibu guru atau mengerjakan PR yang diberikannya.
“Juno itu kutu buku.” Begitu julukan yang diberikan teman- – teman kepadaku.
Ketika kenaikan kelas, aku memilih jurusan IPA. Nilai mata pelajaran yang berhubungan perhitungan dan pengetahuan alam sangat bagus.
Hal yang cukup menarik dari SMA Negeri Kendal adalah adanya asisten guru pada pelajaran IPA. Siswa kelas dua dan tiga yang mempunyai nilai bagus pada pelajaran tersebut diberi tugas membantu bapak dan ibu guru untuk memberikan ilmunya pada adik kelasnya dan aku termasuk salah satunya. Responsi ini sifatnya hanya himbauan, bukan wajib, dilakukan dua kali dalam satu minggu pada hari Selasa dan Kamis jam 14.00- 16.00.
Sebenarnya cukup banyak gadis cantik di SMA, terutama pada jurusan IPS dan Bahasa. Namun, ada adik kelas, yang lumayan cantik sering datang ke kelasku kala jam istirahat, namanya MAWAR. Aku kenal dengannya saat acara OSMA. Agus lah yang memperkenalkannya. Mawar memang gadis yang aktif, ia duduk dalam kepengurusan OSIS, kalau tidak salah jadi seksi kesenian. Mawar cukup agresive dalam mendekatiku. Entah apa yang menarik dariku. Rasanya tidak ada yang istimewa dariku. Apalagi aku termasuk wong ndeso.
“Mas Juno, tolong dong ajarin aljabarnya.”
“Mawar, apakah pelajaran tambahan dua kali dalam satu Minggu masih kurang?”
“Iya…, masih kurang, waktunya singkat lagi pula banyak teman-teman yang nanya.”
Lain waktu.
“Mas Juno, ke kantin yuuk …”
Pernah sekali aku ikutin ajakannya pergi ke kantin. Mawar dengan bangganya menggandengku memperlihatkan kepada teman-teman satu kelasnya. Bahkan dia minta padaku untuk menggandengnya.
“Mas Juno, pegang tanganku.”
Teman-teman Mawar memandangnya sambil berbisik-bisik. Entah apa yang dibicarakannya. Belakangan aku baru tahu dari Agus kalau aku dijadikan taruhan oleh gadis-gadis kelasnya Mawar. Jika Mawar dapat mengajakku ke kantin dan aku menggandeng tangannya, maka Mawar jadi pemenangnya. Hadiahnya, makan bakso gratis selama satu bulan yang dibayar oleh gadis-gadis yang kalah taruhan. Gila juga Mawar itu. Tapi aku salut perjuangannya yang tidak mengenal menyerah. Namun, yang menyebalkan sejak saat aku dianggap pacarnya Mawar.
“Mawar, aku tahu kalau aku dijadikan taruhan olehmu. Mawar, maaf aku tidak ada rasa padamu. Engkau terlalu cantik bagiku.”
Sejak saat itu, secara perlahan ia menjauh dariku. Namun demikian aku tetap menganggapnya sebagai teman. Kalau ia datang minta tolong pelajaran aljabar atau pelajaran lainnya, maka dengan senang hati aku menerangkannya.
Saat kenaikan ke kelas tiga, wali kelas mengumumkan bahwa aku siswa terpandai kedua setelah NURIL. Warna biru menghiasi buku raportku, nilai minimal yang aku peroleh 8 hanya satu pada pelajaran biologi, yang lain 9 dan 10. Aku pamerkan raportku kepada Denok.
“Lihat Denok, raportnya Mas Juno.”
“Wooow, keren sekali. Warnanya biru semua, tidak ada merahnya.” Denok memandangku tanpa berkedip.
Setelah lulus dari SMP, Denok pun masuk SMA Negeri Kendal.
“Pergi dan pulang sekolah, Denok nanti mbonceng Mas Juno saja ya…?”
“Apa tidak lebih baik Denok kost saja di Kendal, banyak tempat kost dekat sekolahan yang cocok untuk anak perempuan.”
“Nggak mau, mbonceng Mas Juno saja.”
“Kalau Mas Juno banyak tugas di sekolah bagaimana?”
“Ya…, nggak apa-apa, nanti Denok tunggu sampai Mas Juno selesai.”
Seperti biasa setiap awal tahun ajaran baru selalu diadakan OSMA, sekaligus acara perkenalan bagi siswa baru.
“Denok, nanti selama satu minggu ada masa orintasi, masa pengenalan SMA. Juga siswa baru wajib berkenalan dengan kakak kelas. Jadi hari pertama nanti di catat apa saja yang harus disiapkan.”
“Iya Mas.”
Hari pertama masuk SMA, sepertinya Denok agak nerveous. Ketika sudah berangkat berboncengan sekitar 100 meter minta putar kembali.
“Mas Juno, balik ke rumah, ada yang ketinggalan.”
(BERSAMBUNG)
Cerpen Mata Kelinci (1) merupakan cerita pendek karangan Bambang Winarto, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Bambang Winarto.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi