Nang ning ning nang …
Akhir-akhir ini sering dengerin lagu Yura Yunita, judulnya Bandung. Walaupun nggak ngerti arti dari liriknya, tidak masalah. Aku sangat menikmati musiknya.
Huuu…
Aku menghela napas. Ini bukan kisah tragis tapi ini berangkat dari keresahan dan rasa sepi yang udah lama menggerogoti diri seseorang yang bertahun-tahun lamanya hanya memandang layar laptopnya. Seolah punya dunia sendiri dan hanya dirinya yang ada disana tanpa ada makhluk hidup lainnya.
Beberapa temanku merasa cemas dan meragukan kewarasanku. Mereka saling memandang antara satu dengan yang lainnya saat kami nongkrong. Kadang mereka ingin menyinggung bagaimana kondisi hatiku. Apakah ada seseorang di dalam sana? Karna mereka tahu udah lama banget ruang kosong itu tidak diisi.
Aku juga kadang berpikir, udah sehancur apa ruang ini? Udah berdebu dan usang banget mungkin. Karna terakhir kali seorang wanita berhasil mengacak-acak isinya. Mungkin pecahan kaca masih beserak disana. Penampakannya mungkin tidak seindah sebelum dihancurkan oleh wanita yang aku beri ketulusan cinta lima tahun yang lalu.
Melelahkan sekali rasanya kalau mengingat kembali kenangan itu. Tentu saja itu bukan kehancuran sejati, itu bagian dari pendewasaan dan membuat diriku semakin bertumbuh. Aku jadi mengenal diriku sendiri. Tidak ada yang perlu disesali. Aku udah tahu seseorang seperti apa yang aku butuhkan.
“Are you okay, Bro?” tanya salah seorang temanku.
“Emang gue kenapa?” tanyaku sambil menyimpan rasa penasaran yang teramat besar. Gila nih orang ya, mereka pikir aku kenapa? Baiklah, aku mencoba mencerna dan menangkap sinyal itu dari tatapan mata mereka.
“Kenapa? Kalian khawatir sama hatiku ya?” tanyaku sambil melempar senyum termanis yang kumiliki.
Aku mencoba menjelaskan pada mereka.
“Tenang aja, aku baik-baik aja kok.”
Udah lima tahun aku tidak mendapat perhatian dari wanita manapun. Sedangkan temanku yang lain udah pada sibuk bergonta-ganti pacar. Wahh.. Aku akui sih mereka memang buaya. Dan anehnya kenapa wanita-wanita itu gampang terjerat dengan tipu daya teman-temanku? Padahal temanku tidak termasuk golongan pria tampan.
“Coba deh download ini dulu..”
Salah seorang temanku menyarankanku mendownload sebuah aplikasi dating apps.
Hah?! Aku sempat terkejut sebenarnya. Gila banget nih orang, emangnya aku fakir miskin cinta? Atau aku sedang diajarkan menjadi buaya oleh teman-temanku? Padahal aku ini demen lumba-lumba ketimbang buaya.
“Coba dulu…”
Teman-temanku mencoba menyakinkanku dan memberi penerangan di jalanku yang sangat gelap perihal cinta. Bener sih nggak ada salahnya dicoba.
Kali aja… hmmm… apa ya? Berharap apa? Ketemu jodoh di dating apps? Hahahaha aku menertawakan ide buruk itu.
Diam-diam aku mendownload aplikasi yang disarankan temanku tadi. Aku berpikir, iya juga sih aku butuh cinta. Munafik banget deh kayanya kalau aku menolak kehadiran sebuah cinta, padahal aku butuh banget. Butuh sentuhan yang udah lama aku rindukan. Minimal perhatian dan ucapan selamat pagi manis dari seseorang disana lewat pesan singkat. Dengan emot peluk dan mungkin disertai gambar dirinya. Ciyeelaahhhh….
Swipe left… Swipe teruusss…
Jari mulai pegal dan tiba-tiba…
Hah?! Tiba-tiba masuk notif, satu orang baru menyukaimu. Siapa nih?
Tadaaa…
Wanita itu bernama Manda. Aku coba stalking dulu profile-nya. Oh.. Dia dari Bandung. Usianya 28 tahun. Dan sepertinya dia mahasiwa pascasarjana, aku melihat info itu di profile-nya. Dia suka nonton film dan mendengarkan musik. Wahh… Dia coffee addict nih! Cocok dengan diriku yang juga suka kopi, americano sih apalagi sambil nyebat santuy.
Aku menyukai dia kembali, tadaaa and finally, kami Match!
Dan aku mengirim pesan padanya.
“Halo Manda…” aku mengirimkan emot senyum manis menyapanya.
Jantung ini berdebar. Berdetak kencang sambil membayangkan dirinya lewat foto-foto miliknya. Wanita yang memiliki tinggi badan 160 cm ini tampaknya jarang buka dating apps. Aku terus menunggu kapan dia online sambil memandang foto-fotonya.
“Haiii…” sebuah notif masuk. Dan itu Manda!
Sempat merasa nggak pe-de karna dia terlihat cantik banget. Mimpi apa aku kemarin?
Aku berusaha tidak gegabah karna mengingat udah 5 tahun lamanya aku tidak pernah ngobrol dengan wanita. Ini terasa kaku sekali. Aku mencoba mencairkan.
“Genre film favorit kamu apa, Manda?” basa-basiku yang sebenarnya basi banget sih hahaha namun percaya diri sajalah.
“Semua genre sukaaa..” balas Manda.
“Film horor terakhir yang kamu nonton apa, Manda?”
“Semuanya aku nonton..”
Wahhh.. Gokil nih cewek, pikirku. Aku mulai senyum-senyum sendiri selama membalas chatnya walaupun dia balasnya lama banget kaya nunggu panen durian.
“Kamu coffee addict ya, kan? Kopi favorit kamu latte ya?”
“Bener banget!” balas Manda. Kok bisa bener? Padahal kan aku nebak doang. Aku mulai percaya kalau aku berbakat jadi cenayang. Hahahaha…
“Aktivitas favorit kamu apa, Manda?” tanyaku. Dan aku mencoba meramal lagi.
“Kamu suka berenang mungkin? Hiking? Diving? Atau doyan belanja?” aku mencerca Manda dengan pertanyaan yang bertubi-tubi.
Sepertinya harus sabar nih karna memang Manda jarang banget online di dating apps.
“Doyan belanja kok kamu tau?”
Kelihatannya Manda terheran-heran saat aku berhasil menebak aktivitas favoritnya. Aku mencoba membayangkan seperti apa ekspresi wajahnya disana saat membalas chat dariku.
Ya tuhan… Aku udah lama banget nggak merasakan rasa deg-degan seperti ini. Aku memutar lagi dan lagi lagu Yura Yunita yang berjudul Bandung setelah aku mengetahui bahwa Manda berasal dari Bandung, kota yang banyak wanita cantik.
“Aku jarang online disini..” balas wanita cantik yang aku rasa sepertinya Manda ini asli Sunda.
“Hmmm… Kamu punya option lain gak buat kita komunikasi?” tanyaku. Berharap semoga dia memberiku ruang agar lebih intens ngobrol dengannya karna aku benar-benar menyimpan rasa penasaran yang teramat besar pada wanita Bandung ini. Aku membayangkan nada suaranya yang lembut walaupun belum pernah bertemu. Namun aku tahu bahwa orang Bandung biasanya lembut. Cocok banget untuk pribadiku yang menyukai kelemahlembutan, eak.
“Ada. Hayuu, mau dimana?”
Sepertinya dia menawarkan pilihan padaku. Namun demi kenyamanan dirinya, aku pikir lebih baik dari media sosialnya saja dulu sebelum pindah ke Whatsapp yang bersifat lebih personal.
Aku menghela napas. Manda belum juga membaca chat dariku. Memang benar ya, dia benar-benar jarang buka dating apps di gawainya. Ditambah juga dia pasti punya kesibukan yang lain dong jadi nggak mungkin bisa selalu standby untuk dating apps.
Cerita ini akan berlanjut setelah Manda membalas chatku dan memberi id sosmed miliknya. Kita tunggu saja. Namun aku udah berdoa, kalau memang jodoh pasti didekatkan. Namun aku tidak berhenti merayu Tuhan agar aku diberi kesempatan untuk dekat dengan Manda.
Aku kembali merasa hidup setelah aku bertemu wanita cantik di dating apps, Manda.
Universe do your magic, please.
Cerpen Ini Manda Dari Bandung merupakan cerita pendek karangan Acha Hallatu, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Acha Hallatu.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi