Pagi telah meninggi kicau burung menyemarakan fajar yang mulai menyingsing tarian kupu-kupu di atas kelopak mawar meninggalkan serbuk-serbuk sebuah kabar entah buruk atau hanya sebuah kelakar, dihari ini sang matahari enggan membagi cahayanya enggan mewarnai kehidupan awan hitam mulai mengumpul simbol dari hati yang mudah tumpul.
Rintik hujan tak ubahnya airmata hati tak akan pernah kering walau hati ini musim kemarau sekalipun. Buruh pinggiran mulai mengerjakan rutinitas harinya menjejer warung makan yang ia kelola mengharap rezeki lebih untuk membayar spp anaknya yang sedang skola (skolah). Bangku panjang kayu dan meja segi 4 beratap payung corak warna marni.
Bangku dan danau ini tak berubah Masih sama masih sejuk memicu semua kenangan. yang tersirat kesedihan mendalam
Deru angin berjalan pelan di atas air danau membuat kanak-kanak ombak yang baru lahir ah lagi lagi-lagi mataku termanjakan olehnya.
—
Airmata awan mulai turun menetes pelan seirama gemuruh geluduk, aku mematung di tempat duduk dengan perasaan campur aduk.
Setu babakan belum terlalu ramai masih sunyi aku masih menunggu, waktu tak punya peran lagi sekarang
Waktu bisa merubah tempat ini tetapi tak bisa merubah kenangannya kerinduannya.
“Misii mas!” “Mau minum apa?” Ibu separuh baya menawarkan ku
“aku pesen kopi bu”
“hanya kopi mas?”
“iya bu nanti aku pesan lagi”
Ibu sparuh baya pun berlalu
Tak terasa 2 jam aku termenung di sini sudah kubilang waktu tak punya peran apa pun, aku ingat di meja ini banyak sekali kenangan saat menggunakan seragam putih biru, tempat ini juga menjadi saksi bisu kala dulu, kuisi sela jemarinya dan saling mengucap ikrar janji.
“Aku janji aku setia menunggumu” ujarku
“aku pasti merindukan mu” ujarnya
Jemarinya meronta ingin ku bebaskan dalam genggaman, aku tertegun ia memberikan spenggal surat, selembar kertas kecil.
“Ini apa?” tanyaku
“Itu surat kecil jangan kamu baca sekarang aku malu tulisannya jelek kayak ceker bebek”
“Tulisanmu bagus kok”
“kamu bohong aku benci”
“ya sudah aku bacanya sa’at kamu pulang dari amerika dan kita bertemu di tempat ini lagi, oya kamu yakin ingin melanjutkan sekolah di sana?”
“iya aku yakin, tuntutan dari ayah”
“pesanku hanya satu jaga hatimu”
“aku tidak bisa bilang iya dan aku tidak bisa bilang tidak, sudah ya aku tidak punya banyak waktu lagi.”
Ahhh masih sangat nyalah kenangan sepenggal dialog ku semasa putih biru di meja kayu begitu lah sifat singa antagonis maunya menang sendiri dan PELUPA.
Di tempat ini pertemuan yang kuimpikan sejak lama dan sampai saat ini aku belum membaca isi suratnya aku ingin membaca berdua dengannya, sungguh surat ini menjadi misteri dalam hidup dihatui rasa penasaran bertahun-tahun, beberapa kali aku ingin membukanya tapi api keegoisan akan padam dengan dinginnya kebersamaan.
|Silahkan mas..”
Wah kopi panas telah datang tersedia di dalam cangkir, kenangan yang pernah terukir kini tak akan berakhir asapnya mengebul di udara aromanya sangat matang pahit, asam, manis bercampur jadi satu kuaduk kopi tersebut dentingannya membangunkan luka yang sedang tertidur di relung hati.
“Sruuuup..” tegukan kopi pertama khas rasanya tak berubah, kafein sangat nikmat membius hati yang sekarat, resah hati bisa saja hilang jika meneguk kopi dengan kekasih tersayang.
“Permisi mas!!”
“Boleh gua duduk di bangku kosong itu di depan loe.”
Mataku yang sayup menoleh ke sebelah kanan ke arahnya ah ternyata dua insan yang berbeda dan aku hanya mengangguk isyarat tubuh untuk meng iya kan.
“Trimakasih mas.” Ucapnya nada centil
Sialan .. Pemandangan danau ku sekarang terhalang olehnya kotor menjijikan layaknya air bah.
Cekakak cekikik dua insan yang ada di hadapanku bercanda gurau doaku siang ini buruk sekali ‘ya tuhan semoga dua orang ini terkena amnesia’
Ohh tuhan aku tak punya kekasih layaknya ikan tua yang mengharapkan air oxsi.
“di setu babakan sendirian mas?”
“Lu nanya siap gue?”
“Sowhat siapa lagi coba, Lu sendirian?”
“Iya, lagi nunggu orang”
“oh mau cod’an hp ya?” hahaha
“gak dan lu berdua gak perlu tau”
“santai aja dong mas, jangan-jangan mas lagi galau abis diselingkuhin ya?” hahaha
“Gak kok”
“pindah yuk abis kasian masnya kayak nyamuk haha”
‘gidah B**I!’ Ucapku ketus dalam hati-
Situasi masih terbilang sunyi, layaknya tempat muda-mudi memadu kasih seperti kafe atau sebagainya alunan musik kerap mengiringi romansa. bedanya kalau disini dentumannya lebih klasik jauh dari kesan berisik.
Pemain kecapi dan gamelan iringan tarian ondel-ondel di sisi jalan tanpa suara nan lirik sesekali menyodori topi terbalik mengharap pemasukan jauh lebih menarik.
istilah hyena sampai sekarang aku tak tau? apa itu hyena karakter hyena itu bagaimana dan seperti apa? mungkin buruk sudah pasti buruk kalau tidak, lantas kenapa dia meninggalkan aku bertahun-tahun air mataku dan air matanya pernah jatuh di meja ini ketika terakhir pertemuan kita yang berubah menjadi jarak.
‘She was first love’
(dia cinta pertamaku)
Dan ‘love last other people’
(cinta terakhir untuk orang lain) mungkin!!!
—
Mungkin kala dulu cintaku terbilang cinta monyet cinta main-main cinta sederhana cinta yang tak sinkron dengan kalimat sayang apa sih yang bisa dilakukan anak kecil tentang mendulang cinta hanya kolok-kolokan para manusia dewasa, tapi hati ini berkata lain bukan cinta monyet tetapi cinta hyena.
Kriiing ..
Kriiing..
Kring..
Hp ku tiga kali berdering di dalam kantong layaknya hyena yang sedang melolong.
“Haloo hyena..”
“Iya..”
“Kamu masih di setu babakan”
“Iya.”
“Masih menunggu aku?”
“Iya.”
“Ya sudah aku kesana.”
Tuuuutt…
Wajahku Penuh senyum sumringah Berjuta luka dan rindu telah pecah tercecer ditanah merah, hatiku tadinya lemah sekarang menjadi bergairah.
Awan hitam tersapu angin barat rintik hujan telah pergi biru langit terpantul dari permukaan danau biasanya di badan jalan kakek pembuat kerak telor cemilan favorit si singa menyibukan diri, namu sekarang telah tutup usia yang sibuk membolak balikan loyang kini terkubur dalam liang dan teringat dalam kenang.
Semarak gemelutuk sepatu pengunjung di belakangku berdatangan berpasang-pasangan bergandengan tangan mencari tempat yang ia favoritkan.
Di setu babakan beragam kreteria pasangan, ada cowok besar, tinggi dan ditumbuhi bulu hitam tebal di sekitar janggut, berkemeja hitam kerah bermotif V bercorak putih dan lawan jenisnya berbadan kecil 150 cm, rambut pirang ikal tidak lupa memakai hight heels berbagai upaya mereka lakukan agar terlihat anggun dimata hati masing-masing, di bangku dan meja itulah mereka mulai membasahi kertas kisah sepanjang sejarah.
Puk.. puk.. puk
Bahu kananku ada yang menepuk spontan aku menoleh ke kanan.
Dam!! Siapa dia? Sedang digandengnya tepat berdiri di sampingku wanita yang membuat ku kaget dengan stayle seadanya namu tetap terlihat anggun rambutnya tebal ditaruh di sisi kanan pundaknya datang dengan membawa malaikat kecil
Dengen senyum lepas seakan menegurku dalam-dalam.
“Hay hyena masih kenal aku tidak singa betinamu?”
“Aaaaa apaaa kamu singa betinaku?”
“Pertanyaanku patah-patah.”
Mataku tercenung di beranda sosok perubah di dirinya sunggu tidak sahih wktu memang tak adil waktu memang sialan ingin kukutuk diriku sendiri.
Singaku duduk di bangku kenanganya sembari memangku buah hatinya yang masih lugu.
“Ini anakku lucu ya baru 11 bulan.”
“Haaah!!!”
“In..ini yakin anakmu?”
“Iya hyena, memang wajahku terlihat bercanda. ”
“Jad..jadi kamu menghianati aku.” Ucapanku masih saja patah tak lugas
“Maaf aku mengkhianatimu hyena, aku tidak punya pilihan lain cinta bisa saja hilang tapi tidak bersama kenangannya justru itu aku temui mu di meja ini.”
“Aku merasa bersalah seumur hidup, jika aku tidak meminta maaf denganmu Tolong maafkan aku” .
“Aku tidak bergeming sedikit pun bibir hati sesak kali ini hanya airmata ku dan airmatanya yang pulang ke rumah rindu.”
“Kenapa kamu diam hyena?”
“Bukankah pertemuan yang kamu inginkan? Jawab hyena jawab.”
“Semua sudah terjawab.” Sungutku rasa kecewa
“Semua belum brakhir hyena kenangan kita masih sangat nyata.”
“Masa bodo!”
“Dasar Hyena keras kepala.”
“Justru itu aku berimu selogan hyena.”
“Hyena egois, yang tidak mengerti perasaan orang lain. ”
“Dalam rantai makanan tidak mungkin hyena memangsa singa.”
“Mungkin aku hyena ceroboh yang melepaskan mangsanya.”
“Aku hyena sempurna yang menjaga buruannya.”
“Aku tidak mau disebut hyena pemakan bangkai.”
“Maafkan aku hyena, Agar tidak ada dendam di antara kita.”
“Iya aku memaafkanmu” dengusku sesak
“Aku boleh jujur dengan keadaanku sekarang?”
“Jujur saja jika jujur membuat hidupmu lebih baik.”
“Aku menyesal menikah dengan suamiku aku dipaksa orangtua, bisnis ayahku bangkrut dan aku membayar utang piutang ayahku dengan menikahi lelaki yang tak kucinta.”
“Pernikahan yang didasari paksakan sangat menyakitkan, mungkin caraku bercerita kepadamu penderitaanku akan ringan, kamulah hyena kamulah orangnya tempatku membagi keluh kesah.”
“Inilah garis takdir ada yang menyingkir ada yang menemanimu sampai akhir, Aku tidak bisa berbuat apa-apa aku hyena pecundang aku bukan hyena petarung tolong mengerti lah, kamu tidak akan sanggup menjadi diriku terlalu sakit jangan menambah luka di hatiku melihat kamu memiliki buah hati jantungku berhenti berdegup seketika.”
“kalau kamu menceritakan penderitaanmu seluruhnya ugh! itu sangat menyakitan, Jadilah singa yang kuat walaupun cobaan hidup yang pahit mengikatmu bagai jerat.”
—
Siang mulai meninggi airmata bergaris kering di pipi merah merona sang singa betina.
Mata singa berubah menjadi mata elang tajam mengincar mangsa, mengincar surat kecil yang lecak kugenggam.
“Itu apa hyena?” ucapnya penasaran
“Ini surat selembar kertas kecil”
“Apa Surat?” tanya singa sembari mengerinyitkan kening.
“Iya surat kenangan nyata darimu semasa kita seragam putih biru dan surat ini ingin ku baca bersama mu tapi sudah menjadi tulisan kosong Setelah aku tau kondisimu sekarang.”
“Duh, hyena itu surat yang kutulis tidak penting sma sekali kenapa kmu masih menyimpannya” ujarnya meremehkan
“Itulah kamu, itulah sifat aslimu tidak pernah peduli dengan waktu orang lain.”
“Maaf hyena aku berbicara sperti itu karena aku yang menulis jadi aku tau isi surat yang kamu genggam”.
“Kamu yakin masih ingat apa yang kamu tulis 5 tahun silam?”
“Iya aku ingat.”
“Aku tidak yakin karena aku tau kamu singa pelupa.”
“Hahaha” tawa singa menyeringai
Lekukan senyum di bibir singa bisa kunikmati lagi pembebat luka di dalam hati.
Meja kayu masih sepi tidak ada menu yang tersaji hanya 1cangkir kopi yang telah kosong.
Singa bergegas pindah tempat duduk berjejer denganku masih sama masih memangku anaknya yang belia buah hasil dari raja singa.
“Aku ingin membaca surat ini bersamamu?” Sungutnya penasaran
“Kenapa kamu mau membacanya katamu tidak penting?”
“Karena aku penasaran, kamu banyak nanya bikin ku jengkel!!!”
“Maaf kita baru bertemu lagi, tak jarang setiap pertemuan pasti banyaknya pertanyaan.”
“Sudahlah cepat buka surat itu aku penasaran ” ucap singa nada datar.
“Nanti biar kamu merasakan penasan dulu.”
“Please aku mohon buka kertas itu.”
“Tuhan adil bisa membolak-balikan hati seseorang, aku dulu setengah mati menahan penasaran, sekarang aku masa bodo dengan surat ini, dulu kamu acuh dengan surat itu sekarang rasa penasaranmu tak terbendung.”
Aku menyodorkan kertas tersebut
“Hyena kamu yakin tidak mau membaca suratnya?”
“Tidak! Konyol surat ia tulis sendiri dibacanya sendiri” gerutuku dalam benak.
Jemari lentiknya membuka surat yang terlipat segi empat, haaah!! Matanya melotot seakan ingin melompat sehabis membaca surat.
“Kamu kenapa?” tanyaku gugup
“Tidak apa-apa?” jemarinya kembali melipat surat yayang tuntas ia baca
“Kamu bohong?”
“Hyena jika kamu mau tau semuanya baca surat itu” jawabnya sembari menaruh surat di atas meja
“Ya sudahlah aku bener-benar salah aku memang pelupa seharusnya aku tidak menemu di sini dan seharusnya aku berani berbicara langsung denganmu kala dulu, agar tidak ada penantian maafkan aku hyena aku pergi.”
Singa betinaku pergi membawa airmata membawa kenangan barunya, aku tidak menghentikan langkahnya karena sudah memiliki raja biarlah ia pergi.
“Huffftt” dengusku
Aku menjulurkan tangan mengambil surat yang ia taruh di tepi meja. Lipatan surat segi empat kembali kubuka ternyata bener tulisan ceker bebek ancur berantakan aku mulai mengeja tulisannya dari huruf ke huruf dari bait ke bait.
Hyena aku bosan dengan sifatmu, aku bosan dengan semua tentang kita tentang cinta. Hyenaku malang hyenaku sayang. Singa betinamu si singa pelupa
Haaah! Dasar singa betina pelupa
Tidak ada secangkir kopi di atas meja semua telah sepi dan kosong hati hyena pun berhenti melolong.
Cerpen Dia Bilang Aku Hyena merupakan cerita pendek karangan Faisal Fajri, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Faisal Fajri.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi