Aku terbangun dari tidur karena aku bermimpi saat tidur bertemu dengan seorang pangeran yang sangat tampan, dari kejauhan dia tersenyum. Benar-benar menawan. Sekarang benakku penuh tanda tanya, bagaimana kalau mimpiku menjadi nyata? Pastinya aku akan merasa senang bahkan sangat bahagia jika pangeran dalam mimpiku beneran datang dan menampilkan senyumnya.
Tidak-tidak aku tak boleh terlena! Karena mimpiku ini aku jadi terlambat bangun dan bersiap ke sekolah. Hari yang benar-benar tidak menyenangkan.
Namaku Rayna. Hari ini menjadi hari pertama ia masuk sekolah. Hmm ... maksudnya aku, hari ini aku pertama kali mendatangi sekolah baruku. Tidak banyak alasan, aku pindah hanya karena sekolah yang lama memiliki fasilitas kurang memadai. Maka dari itu, dengan sangat terpaksa aku pindah dan meninggalkan semua temanku di sana.
Sekarang aku ingin membagikan sama kalian tentang kisah percintaanku. Agar kalian tidak merasakan penyesalan.
Hari yang penting ini diawali dengan mimpi yang indah? Apakah ini suatu pertanda yang baik? “Mengapa aku begitu senang dengan kejadian yang ada di dalam mimpiku.”
Tak lama, aku sudah sampai tepat depan gerbang sekolah baruku dan aku terlena saat seorang pria dengan tampilan sedikit berandal melewatiku. Tubuhku terpaku. Wajah dinginnya seolah menyihirku, aku mengerjap. “Dia pria dalam mimpiku itu! Dia pangeran yang aku mimpikan tadi pagi! Ya ampun, pertanda apa ini?”
Seperti yang dikira. Aku telat. Bersama pria itu. Ternyata sekolah baruku tidak mentolerir sama sekali padaku, walaupun aku murid baru di sekolah ini. Kami bersama berdiri di depan tiang bendera. Bolehkah aku bahagia jika dihukum bersama pria ini?
Oh tidak, aku tidak boleh sebodoh itu.
"Kamu anak pindahan? Kenapa malah terlambat di hari pertama masuk? Mau jadi berandal semenjak masuk?” tanya salah satu guru.
"Maaf bu, tadi saya kesiangan. Sekali lagi saya minta maaf bu, jangan hukum saya,” lirih Rayna.
"Mau mohon-mohon juga bu Eka tidak akan maafin,” ketus pria tersebut.
Aku yang kesal hanya mendengus, “diem lu! Jangan ikut campur.”
"Kalian berdua bisa diam tidak, saya pusing melihat kelakuan buruk semua siswa siswi di sini, perbuatan seperti kalian ini sudah mencoreng nama baik sekolah, saya selaku guru sekaligus guru bimbingan konseling akan memutuskan kalian untuk berdiri di sini sampai saya bilang selesai.” Perintah bu Eka tampak emosi melihat kedua siswa-siswinya terlambat.
"Lebih baik saya pulang,” ucap laki-laki itu yang ternyata bernama Satria.
"Kalau kamu pulang saya akan skors kamu,” ucap salah satu guru.
Akhirnya dengan sangat terpaksa, aku bersama pangeranku. Hmm ... maksudku Satria pindah ke lapangan luas dan berdiri menghormati bendera. Matahari menyinari kami langsung. Rasanya tubuh aku semakin nggak kuat, karena aku pun belum sempat sarapan. Namun pertanyaan Satria membuat rasa pusingku teralihkan.
"Lu pindahan dari sekolah mana,” tanya Satria.
"Kepo banget sih lu,” ucapku.
Aku berdiri tepat di bawah sinar matahari yang sangat terik, rasanya tubuhku lemas sekali dan rasanya aku ingin meletakkan tubuhku ke tanah.
"Buset ... pedes banget mulut lu.” Ucap Satria.
"Salah?” tanyaku dengan menaikkan salah satu alisku.
"Terserah deh, perempuan kan selalu benar. Padahal gue cuma nanya,” ucap Satria dengan wajah yang datar.
"Mulut lu pedas banget sih,” ucap Satria.
"Lebih tepatnya lu itu kepo kan sama gue!” ucapku.
Aku menengok ke arah pria yang berada di sampingku dengan segala kekesalan aku memandang tajam pria itu, “kalau saja, aku tidak terlambat pasti aku tidak akan dihukum bersama pria ini.”
"Gue cuma ingin tanya sebenarnya lu pindahan dari sekolah mana, emang ada masalah?” ucap Satria.
"Masalah buat gue, hari ini gue harus merasakan kesialan karena ketemu cowok kayak lu,” ucap ketusku.
"Emang lu pikir gue tidak! Gue lebih sial,” ucap Satria yang tak mau kalah.
"Cowok aneh!” batinku tampak kesal.
Pertemuan pertama yang menyenangkan adalah saat aku bertemu dengan sosok pria aneh. Namun, keanehannya membuatku terpikat. Aku tidak ingat pasti, tapi yang aku tahu setelah hari itu kami semakin sering bertemu. Pertemuan yang mendekatkan kami. Hingga dalam satu hari aku dinyatakan menjadi kekasih Satria.
Dua tahun adalah waktu yang sangat lama. Tetapi bagi aku dua tahun itu merupakan waktu yang singkat. Benar-benar singkat. Semua kisah bahagia kami seolah tak mampu terekam pada waktu itu. Semua kenangan masih terekam jelas dibenakku, hingga saat ini.
Namun, memang benar jika cinta tak seindah yang aku kira. Semua kebahagiaan yang terekam seolah luntur karena kepergian kamu. Bayanganmu hilang mendadak dan detik itu juga aku kehilangan tujuan hidupku.
"Kenapa kau tidak bilang dari awal saja, daripada kau menghilang tanpa kabar seperti ini," ucapku dalam hati.
"Bahkan sampai detik ini aku masih menunggu kabarmu."
Aku tersenyum sambil memandang surat yang kau berikan saat itu, "tapi tidak apa-apa, bukahkah cinta tak harus memiliki. Tugasku saat ini hanya mendoakanmu dari sini untuk dirimu di sana."
Untuk Kamu Yang Tersayang,
Terima kasih sudah menerima kekurangan maupun kelebihan yang aku miliki saat ini.
Aku selalu berharap kamu baik-baik saja. Sejujurnya aku tidak ingin meninggalkanmu di Indonesia, namun aku melakukan ini semua demi masa depanku, demi kamu dan demi orangtuaku. Aku tidak pernah berpikir untuk meninggalkanmu sayang. Tetapi yakinlah kalau memang kita berjodoh kita akan di pertemukan kembali dan cinta kita akan di satukan kembali.
Oh iya Rayna, kamu jangan merasa kalau kamu sendiri, kamu harus ingat kalau aku selalu mencintai kamu dan selalu mendoakan kamu. Aku tidak ingin kamu berpikir aku tidak memperdulikan kamu. Aku tidak bermaksud membuat kamu membenci kepadaku namun ini adalah jalan terbaik untuk kita bersama. Yakinlah, kalau memang cinta tidak selamanya dapat dimiliki. Aku sudah mempersiapkan surat ini untuk kamu baca saat aku sudah pergi ke luar negeri. Aku selalu bangga kepada semua karya milikmu, bahagia terus kesayanganku.
Dari aku yang selalu merindukanmu,
Hai … apa kabar kamu di sana? Kamu jangan khawatir ini adalah proses pendewasaan yang tidak mudah untuk kita jalani. Aku sangat berharap kamu selalu merindukan diriku. Kamu tahu tidak, sekarang hidupku lebih dari kata cukup. Aku bisa menemukan kamu dan menunggu balasan pesan darimu itu sudah cukup. Rasanya aku ingin memarahi diriku sendiri karena penyesalan yang tiada henti datang kepadaku. Seperti air mataku tergelinang membasuhi pipiku membuat aku berpikir kamu layak mendapatkan yang lebih mencintaimu dan dapat menerima kamu apa adanya, terima kasih karena kamu sempat memilih diriku selama kurang lebih dua tahun lamanya. Maafkan aku jika aku memiliki banyak kesalahan.
Aku bersyukur bisa mengenal kamu dan dimiliki oleh kamu. Rasanya sangat bersyukur saat kamu memilih aku dan aku tidak menyangka aku bisa jatuh cinta dan dimiliki oleh pria aneh seperti kamu. Tingkah kamu yang menyebalkan, semoga kamu membaca surat ini dari orang yang merindukanmu setiap hari, setiap jam dan setiap waktu.
Hidup dalam sebuah penyesalan sangatlah tidak menyenangkan. Jadi, sekali lagi aku ingatkan agar kalian semua dapat menyayangi siapapun yang menyayangi kalian bagaimanapun sikap mereka kepada kita.
Cerpen Cinta Tak Harus Memiliki merupakan cerita pendek karangan Bunga Zahra Gustin, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Bunga Zahra Gustin.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi