“Maafkan Anisa ka.” ucap gadis itu lirih..
“Dia sudah pergi.” ucap seseorang di belakangnya.
“Abah.”
“Abah tidak mengijinkan kamu berteman dengan pria seperti itu nak. Dia tidak jauh dari kata baik. Andai kamu tahu, dia itu preman di daerah sini.”
“Apa preman?” kata Anisa terkejut.
“Iya dia adalah ketua preman disini. Abah liat dia memiliki gambar tato yang warga disini takuti. Dia bahkan ketuanya. Kamu tahu sendiri kan bagaimana perilaku mereka. Bahkan mereka pernah melecehkan kamu.”
Degghhh.
Perkataan abahnya terngiang-ngiang di telinganya. Pikirannya teringat bagaimana kejadian 5 tahun silam.
Flashback
Anisa yang baru menginjak remaja sungguh cantik dan mempesona. Saat sebelum kejadian naas itu terjadi.
Suatu hari ia berjalan sendirian dengan tongkat kecilnya. Ia suntuk di rumah. Saat di jalan, ternyata jalan sudah sepi. Kendaraan yang lewat pun jarang. Hati Anisa resah bahkan jantung berdetak kencang. Entah mengapa ia merasa takut saat ini.
Saat dirinya melangkahkan kakinya yang mungil itu. Ia merasa di belakangnya ada yang mengikuti. Saat ia menoleh, sepi. Tidak ada orang.
Ia takut jika ada orang jahat. Kemudian langkahnya pun ia percepat.
Baaa.
Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di depannya.
Anisa sangat terkejut. Ia tahu siapa pemuda di depannya. Dia adalah Bram. Ketua pereman di kampungnya.
“Hai cantik.” sapanya genit..
Anisa meremas rok sekolahnya. Ia sungguh takut.
“Jangan takut dek. Mas hanya ingin mengantar Anisa sampai rumah.”
“Tidak usah. Saya bisa pulang sendiri.”
“Jangan keras kepala. Jalan sudah sepi, apa lagi ini mau hujan bahaya.”
“Tidak usah mas.” tolak Anisa. Ia sangat takut. Ia pun berjalan agak cepat..
Akan tetapi Bram terus saja mengikutinya..
“Hiks hiKs.” tiba-tiba Anisa terisak. Ia sangat takut.
“Kau. Hei berhenti menangis.” bentak Bram. Anisa yang tidak pernah di bentak pun tambah histeris.
Beberapa warga pun datang karena mendengar seseorang menangis..
“Hei Bram apa yang kau lakukan hah pada Anisa.”
“Iya. Apa kau mau memperk*sanya?”
“Hiks hiks.” Anisa semakin terisak..
“Tidak. Saya hanya ingin mengantar dia pulang. Ayo Anisa kau jawab yang jujur.”
Anisa yang masih kecil itu tidak menjawab. Akan tetapi terisak.
Brengsek. Umpat. Sejak kejadian itu. Bram sang ketua preman tidak lagi ditakuti warga, ia selalu dibully bahkan dihina.
Dendam dan amarah pun menyelimuti hatinya. Sehingga hal naas pun terjadi pada Anisa sampai ia mengalami cacat kebutaan..
Flashback selesai
Isak Anisa. Ia teringat hal buruk yang menimpanya. Andai ia berkata jujur pada warga, pasti orang itu tidak dihina sedemikan rupa sampai mendekam di penjara karena berbagai kasus..
“Nak. Kamu kenapa nak menangis?” kata Hana panik.
Saat dirinya hendak ke dapur untuk memasak, ia mendengar suara tangisan dari kamarnya. Ia pun bergegas kesana dan ternyata benar jika Anisa sedang menangis tersedu-sedu.
“Umi.”
“Iya nak.” Hana memeluk anaknya dengan penuh kasih sayang.
“Hiks. Apa Anisa banyak dosa ya mi sama seseorang makanya aku jadi buta.”
“Hush. Kamu gak boleh begitu donk nak. Kecelakaan yang menimpa kamu adalah musibah. Itu adalah takdir Allah. Kamu tidak boleh menyalahkan.”
“Astagfirullah.”
“Kamu sebaiknya wudhu ya nak biar tenang.”
“Iya mi.”
Setelah kepergian Hana, Anisa masih merenungkan sesuatu. Ia ingin bertemu seseorang agar hatinya segera tenang..
“Maafkan aku mas Bram.” ucapnya lirih..
Di tempat lain..
Angga sedang berkunjung ke rumah neneknya. Ia sungguh merindukan sosok omanya yang selalu menemaninya sejak kecil.
“Assalamu’alaikum.” ucapnya saat memasuki sebuah rumah yang bergaya klasik tersebut..
“Angga. Cucu oma.” sambutnya sangat bahagia. Ia memeluk omanya dengan sayang..
“Bagaimana kabar kamu nak?” tanya Lusi sang Oma
“Baik. Oma sendiri bagaimana?”
“Tidak baik-baik saja.”
“Oma sakit atau bagaimana?” tanya Angga panik. “Aww sww sakit oma.”
Lusi yang gemes terhadap cucunya pun menjewer telinga Angga.
“Sakit. Oma.”
“Biarkan saja. Habis Oma kesel. Kenapa kamu baru datang hah? Apa kamu lupa sama oma mu nih.?” oceh Lusi..
Angga mengusap telinganya yang kebas itu. Ternyata omanya sedang merajuk.
Ia menuntun omanya untuk duduk di sofa..
“Oma tahu sendiri jika aku sibuk mengurusi bisnis dan warga disini.”
“Sibuk jadi preman begitu?” tanya Lusi sambil menatap cucunya tajam.
“Maksud oma?”
“Oma sudah tahu semuanya Angga. Jika kamu jadi preman apa lagi sudah jadi ketuanya.”
Glek.
Ternyata omanya memata-matainya..
“Preman itu salah nak. Sebaiknya kamu berhenti dari pekerjaan itu.”
“Tidak oma. Angga sudah cinta sama dunia preman. Oma kan tahu Angga dan teman-teman tidak pernah membuat ulah.”
“Hm. Terserah kamu. Oh ya sebaiknya kamu jenguk kakamu di kamarnya. . Dia sangat merindukanmu..” ucap Lusi. Ia berjalan ke kamarnya untuk berisitrahat..
Angga pun berjalan menaiki tangga. Ia juga sangat merindukan kaka kandungnya. Sudah hampir 1 tahun ia tidak kesini karena ia sibuk dengan bisnisnya dan dunia kepremanan.
Tok tok.
“Masuk.” ucap seseorang dari dalam.
Angga pun membuka pintu seecara perlahan. Ia melihat seseorang tengah duduk di sebuah kursi roda..
“Hai.” sapanya..
Orang itu pun menoleh. Matanya menatap adiknya dengan binar bahagia.
“Bagaimana kabar lo bang?” tanya Angga..
“Ya seperti yang kamu lihat.” jawabnya tanpa ekspresi.
“Tapi yang gue lihat lo lebih baik.” ucap Angga sambil tersenyum.
“Mana mungkin seseorang yang lumpuh terlihat baik-baik saja.” ucap pria itu sendu.
“Tidak boleh bersikap begitu. Lo harus optimis.” saran Angga.
Ya Bram adalah kaka kandung Angga. Dia adalah orang yang menyebabkan Anisa hancur..
“Masa lalu yang membuat aku begini Ngga. Kaka sangat membenci gadis itu.
“Dia yang menyebabkan kakak lumpuh. Jika kakak tidak menabrak gadis itu, maka kaka tidak cacat. Kakak tidak berguna.” ucapnya sambil mengepalkan tangannya..
“Brengsek”. Umpat Angga. Dia tidak rela jika kaka satu-satunya menderita. Bram dan omanya adalah hidupnya..
“Dia juga harus menderita Ngga.”
“Pasti. Dia akan lebih menderita dari pada lo.” ucap Angga mantap..
Ia tidak mau jika kebaikan hatinya dimanfaatkan oleh kakaknya sendiri.. Bram tersenyum licik. Dendamnya akan dibalas oleh adiknya sendiri.
Kepala Angga sangat pusing sekali. Ia memikirkan banyak hal. Pertama dengan dendam sang kakak dan kedua dia tidak menemui Anisa.
Apa dia sekarang menyukai gadis itu atau hanya mengaguminya? Entah dirinya hanya bingung dan galau saat ini.
“Dor.”
“Bangsat.” umpat Angga. Siapa yang berani membuatnya terkejut?
“Santai elah bos.” ucap anak buahnya..
“Masa iya daritadi bos gak sadar kalau kita datang.” ucap Rehan.
“Sorry. Gue banyak pikiran.” ucap Angga. Ia mengacak rambutnya frustasi.
Sedangkan Soni dan Rehan saling pandang Ada apa lagi dengan bosnya itu?
“Son. Apa gue benar-benar kaya orang gila?” tanya Angga..
Dengan polosnya, Soni mengamatai keadaannya Angga. Sangat berantakan, wajah kusut lagi. Ia pun menganggukan kepalanya.
“Bangsat.” umpat Angga. Ia meninju wajah Soni dengan keras..
“Awhh.” ringis Soni..
Rehan terkejut dengan sikap bosnya. Ia memeluk bosnya agar berhenti memukuli Soni.
“Sebaiknya lo cerita ke kita, ada masalah apa gitu. Biar lo gak berbuat seenak wudel lo Ngga.” nasehat Reyhan.
“Hm gue gue kayaknya sedang jatuh cinta.”
“Wah selamat bos. Akhirnya jatuh cinta juga.” pekik Soni senang. Reyhan menendang kaka temannya agar diam.
“Hm. Tapi masalahnya bapaknya galak bener dah.” ucap Angga lirih..
“Siapa gadis itu?”
“Anisa.”
Deg..
Jantung Soni dan Reyhan terasa berhenti, Anisa? Sungguh berat men.
“Berat bos berat.” kata Soni sambil memukul kepalanya dengan tangan..
“Maksud lo.” tanya Angga.
“Hm anaknya kyai besar di sini ya ngeri-ngeri sedap pasti. Belum masuk ke rumahnya aja sudah ditolak kasar yee kan.” celetuk Soni..
Angga menatap tajam ke anak buahnya. Sedangkan Reyhan meneguk ludahnya kasar. Temannya memang sedang cari mati. Ia memancing harimau yang sedang frustasi..
“Lo tau darimana hah semua tentang itu?” Ia mengangkat kerah baju Soni.
“Bos santai bos.” panik Reyhan. Ia takut jika Soni kembali di pukul
“Denger dari orang-orang.”
Mendengar jawaban anak buahnya, ia melepas bajunya. Kemudian terduduk lesu.
“Lo denger gak siapa saja yang sudah berani melamar Anisa?” tanya Angga tanpa menoleh ke anak buahnya. Ia menatap ke depan.
“Banyak bos, dari anak pak kyai, ustad dan yaa tetangganya.”
“Terus?”
“Pada mundur elah. Pawangnya berat uy.” celetuk Soni.
Angga dengan cepat berjalan ke ke arah dimana objek yang menarik penglihatannya.
“Bos bos. Woy mau kemana lo?” teriak ReyhaN.
“Gue kayaknya tahu dia mau kemana.” ucap Soni.
Seakan Reyhan tau, apa yang dituju oleh Angga, ia pun berlari mengikutinya.
“Ya ampun. Nasib-nasib punya teman yang gak punya perasaan.” gumam Soni. Akan tetapi ia pun berlari ke arah mereka.
“Hm.”
Anisa yang mendengar suara deheman seseorang sedikit terkejut.
“Kak Angga.” ucapnya lirih..
“Lo kok tahu kalau gue yang datang?”
“Em dari dari parfum kakak.” gumam Anisa pelan. Tapi masih terdengar di telinga Angga..
Soni dan Reyhan yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka saling pandang.
“Oh ya. Gue baru tahu kalau lo jadi pengendus kaya anjing.” gurau Angga.
Tapi tidak dengan Anisa, gurauan Angga tidak enak sekali di dengar bahkan menyakitinya..
“Ka Angga tega sekali menyamakan saya dengan anjing. Dia hewan yang banyak najisnya. Astagfirullah.” ucapnya. Ia menahan air matanya yang hendak keluar..
Angga terhenyak. Ia hanya bergurau.
“Bos kita garing banget.” ucap Soni..
Dengan tergesa-gesa, Anisa membereskan jualannya kemudian pergi.
“Eh tunggu Anisa.” teriaknya. Ia berusaha mengejarnya. Tanpa sengaja dia memegang tangan Anisa..
“Astagfirullah. Kak Angga. Jangan pegang tangan saya. Kita bukan mahram.” pekik Anisa.
Dengam reflek, Angga pun melepaskan tangannya..
“Tunggu maksud gue gak kaya gitu. Lo itu gak kaya anjing. Emm.” Lidahnya mendadak kelu..
“Saya tahu, kalau ka Angga hanya bercanda. Akan tetapi saya tidak suka. Sebaiknya kaka lebih baik pergi dan jauhi saya.”
“Kenapa? Apa gue melukai hati lo gara-gara ucapan tadi. Gue minta maaf.”
“Sebelum kakak minta maaf. Saya sudah memaafkan. Tapi sebaiknya kakak jangan dekati saya lagi.”
“Kenapa? Apa salah gue hah.” bentaknya..
Mendengar suara bentakan dari Angga, Anisa sedikit terkejut.
“Karna ka Angga preman apa lagi ketuanya. Anisa tidak mau punya teman seperti itu.”
Mendengar ucapan Anisa, emosi pun naik ke ubun-ubun.
“Preman ketua preman? Apa salah hah kalau gue preman? Emang preman itu najis buat lo?” ucap Angga lantang.
“Lebih dari najis dan saya sangat benci. Jika saya tahu, kalau kak Angga adalah ketua preman, maka saya tidak sudi mengenalnya. Assalamu’alaikum.” ucap Anisa tegas.
Ia berjalan cepat meninggalkan Angga yang sedang terdiam seperti patung..
Tanpa Anisa sadari, air matanya mengalir di pipi.
“Maaf bang.” ia tahu jika perkataannya tadi kasar. Tapi mendengar dari abahnya jika Angga adalah preman, maka ia juga trauma dan teringat dengan masa lalunya..
Cerpen Cinta Sang Preman (Part 3) merupakan cerita pendek karangan Tri Wahyu Nikmah, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Tri Wahyu Nikmah.
Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar:
Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.
Promosi Via Guest Post!
Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈
25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.
Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi