Bukan Untukku

Tolong, pergilah…

Harusnya aku tidak memulai semuanya. Apalagi saat kutahu kau sudah ada pemiliknya, aku terlalu lancang menggodamu. Serumit apapun kisahmu dengan dirinya, tidak sepantasnya aku hadir saat itu. Bahkan aku lupa menyadarkan diriku. Larut dalam perasaanku yang menggebu-gebu. Secara gamblang mengatakan bahwa aku baru saja bertemu dengan seorang wanita dan merasa klik denganmu.

Ini salah. Jelas sangat salah.

Aku harus pergi. Memang harus! Biar aku mencobanya meski perlahan. Jujur ini berat sebenarnya, tapi kalau aku melangkah menujumu pun juga mustahil. Kau tidak akan memilihku. Aku benci itu. Lalu untuk apa aku berharap apalagi menunggu?

Setiap hari aku meminta pada Tuhan agar aku mudah melupakanmu. Nyatanya, tidak semudah itu. Atau bahkan aku tidak akan pernah melupakanmu sepanjang hidupku. Biarlah aku pergi sekarang. Aku mencoba melangkah. Tak perlu berharap kau kembali. Karna kutahu kepergianmu kemarin adalah tanda bahwa kau memang bukan untukku.

Perlakuanmu pun meyakinkanku juga bahwa kau bukan wanita yang dikirim Tuhan untukku. Tidak masalah biar aku pendam sendiri sakitnya. Orang-orang melihat senyumanku dan berpikir aku menerima kenyataan dengan tegar. Padahal aku memaksa keras diriku untuk melupakanmu.

Satu per satu gambar dirimu yang aku simpan di galeriku, aku hapus.

Aku harus melupakanmu!

Aku sengaja memblokir dirimu di semua sosial media yang ada. Semoga usahaku membuahkan hasil yang manis.

Jika kau mengejarku sekarang, lalu kenapa kemarin kau pergi meninggalkanku? Maksudnya apa? Maumu apa sekarang tiba-tiba datang kembali? Berhentilah menghancurkanku. Aku hancur sekali saat itu setelah ditinggal pergi begitu saja. Adakah sedikit rasa belas kasihanmu saat itu? Tidak ada! Ya, jelas kau tega memang. Terus aku harus apa? Marah? Percuma. Itu tidak akan mengubah perasaanmu.

Aku ingin berhenti mencintaimu. Aku ingin berhenti memikirkanmu. Walau susah buat lupa, aku menangis disepanjang doaku meminta pada Tuhan agar mengabulkan doaku kali ini.

Jangan pedulikan perasaanku, biar aku paksa diriku sekeras mungkin untuk tidak mengingatmu lagi. Untuk yang kesekian kalinya, aku patah hati. Sebenarnya aku capek.

Tuhan, aku lelah. Tapi aku merindukan kasih sayang tulus. Hingga aku tersadarkan bahwa yang aku butuhkan adalah sebenarnya Tuhan. Mengundang Tuhan untuk hadir di dalam hatiku. Karna manusia akan selalu mengecewakan. Salahku jika terlalu berharap lebih pada manusia.

Tangisku pecah saat aku berdoa seorang diri di dalam kamarku. Walau hati kadang masih berharap, terselip dalam doaku jika kau memang untukku, aku minta agar Tuhan mendekatkan dan mengembalikanmu padaku. Aku akan menunggumu seberapa lama pun itu, asal penantianku berbuah manis.

Ya sudahlah, sekarang aku tantang semesta. Aku coba pergi dulu. Kau pun begitu. Kalau kita kembali bertemu dan semesta ingin aku dan kau bersama lagi, percayalah pintu yang terkunci pun akan terbuka.