Cinta
Diterbitkan di Cinta
avatar
waktu baca 14 menit

Aku, Kamu dan Sekolah Waktu Itu (Part 2)

Aku, Kamu dan Sekolah Waktu Itu (Part 2)

Waktu yang ditunggu-tunggu selama ini oleh Renjana telah tiba. Ya, hari ini Renjana resmi lulus dari sekolahnya. Setelah sekian lama menunggu, Renjana akan menepati janjinya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Akara. Saat ini Renjana sedang mencari keberadaan Akara. Setelah berkeliling di lingkungan sekolahnya, akhirnya Renjana menemukan orang yang ia cari-cari. Ternyata, Akara sedang duduk seorang diri sambil mendengarkan alunan musik di taman belakang sekolah. “Ternyata kamu di sini.” Ucap Renjana kepada Akara dengan senyuman manisnya. “Ada apa?” Tanya Akara dengan raut wajah yang bingung. “Aku hanya ingin mengobrol saja dengan kamu. Boleh?” Jawab Renjana dengan gugup. “Silahkan saja.” Ucap Akara.

Sejujurnya Renjana sangat gugup untuk mengatakannya. Tetapi, dirinya sudah berjanji untuk mengungkapkan perasaannya hari ini. “Hari ini aku sudah berjanji kepada diriku untuk mengungkapkan perasaan aku ke kamu. Maaf Akara, aku dengan lancang menyukai kamu diam-diam selama tiga tahun. Aku tidak tahu kamu inget atau tidak dengan pertemuan kita pertama kali. Kita sempat bertemu pas kelas 6 SD di kantin sekolah aku. Waktu itu kamu sedang bersama dengan teman-teman kamu menuju kantin sekolah aku. Kita juga sempat bertatapan Akara walaupun hanya beberapa detik saja. Tetapi, saat itu aku belum menyukai kamu, karena aku sadar kita tidak akan pernah bertemu kembali. Namun takdir berkata lain, aku dan kamu bertemu kembali di sekolah ini.” Ucap Renjana dengan raut wajah yang serius.

Akhirnya Renjana berani mengungkapkan perasaannya kepada Akara. “Aku ingat Renjana bahwa kita pernah bertemu sebelumnya. Terima kasih Renjana karena kamu sudah menyukai aku selama tiga tahun. Tetapi, maaf aku belum bisa kasih jawaban ke kamu hari ini Renjana. Aku butuh waktu untuk memastikan perasaan aku ke kamu.” Jawab Akara dengan nada bersalah. “Ya, tidak apa-apa Akara. Aku juga tidak memaksa kamu untuk menjawab sekarang. Aku bakal menunggu kamu sampai aku sudah merasa cape dengan perasaan aku ke kamu.” Ucap Renjana dengan senyuman pahit.

Rasanya Renjana ingin menangis, tetapi dirinya tidak bisa memaksa Akara untuk bisa membalas perasaannya bukan? Lebih baik Akara jujur tentang perasaannya kepada Renjana daripada berbohong kalau dirinya juga menyukai Renjana karena itu membuat hati Renjana lebih sakit. “Tidak apa-apa, aku yakin diriku kuat menunggu Akara bertahun-tahun.” Ucap Renjana dalam hati. Sejujurnya Renjana sangat bingung. Sekarang dirinya harus menunggu Akara atau berhenti menyukai Akara? Entahlah, Renjana akan mengikuti alur hidupnya.

Setelah hari itu, hari dimana Renjana mengungkapkan perasaannya kepada Akara, dirinya menjalani kehidupannya seperti biasa. Tetapi, tanpa adanya Akara. Bukan, Renjana belum melupakan Akara, dirinya masih sanggup menunggu Akara, padahal sudah empat tahun tidak ada kejelasan dari Akara. Bahkan, mereka saja sudah lama tidak mengetahui kabar masing-masing.

Saat ini Renjana sedang duduk di taman dekat rumahnya. Renjana sedang asik menikmati semilir angin sambil mendengarkan alunan musik ditelinganya. Tanpa sadar, ada seseorang yang duduk disebelahnya. “Sepertinya asik sekali ya.” Ucap seseorang disebelah Renjana. “Ya.” Jawab Renjana tanpa menoleh. “Apakah kamu tidak ingat dengan aku?” Tanya seseorang tersebut. Renjana menoleh ke sumber suara tersebut. “Akara?” Jawab Renjana dengan raut wajah yang kaget. “Apa kabar Renjana?” Tanya Akara dengan tersenyum manis. “Baik.” Jawab Renjana lalu pergi meninggalkan Akara tanpa pamit.

Sesak sekali rasanya ketika Renjana melihat wajah Akara kembali setelah bertahun-tahun mereka tidak lama bertemu. “Kenapa harus sekarang?” Ucap Renjana kepada dirinya sendiri. Sebenarnya Renjana belum siap bertemu Akara sekarang. Renjana takut dirinya makin jatuh cinta kepada Akara karena beberapa hari yang lalu Renjana punya niat untuk melupakan Akara. Namun, takdir selalu saja mempermainkan dirinya. Seperti saat ini, Renjana bertemu kembali dengan dia. Untuk menyebut namanya kembali saja Renjana tidak sanggup, apalagi harus melihat wajahnya. “Untuk melihat wajahmu kembali saja aku tidak sanggup.” Ucap Renjana dengan raut wajah yang ingin menangis.

Renjana sebenarnya ingin sekali berbicara lebih lama dengan Akara. Tetapi, dirinya pengecut untuk melihat wajah Akara kembali. Setiap kali Renjana melihat wajah Akara, hati Renjana sakit. Hatinya sakit karena dirinya selalu menyimpulkan bahwa Akara tidak mempunyai perasaan yang sama seperti dirinya. Padahal Akara saja belum menjawab tentang perasaannya kepada Renjana. Renjana selalu berpikir bahwa dirinya memang tidak pantas untuk dicintai. Termasuk oleh Akara Anantara Atma. Mungkin kalau dirinya bertemu kembali dengan Akara, ia akan berbicara kepada Akara tentang beberapa tahun yang lalu. “Semoga kita dipertemukan kembali Akara.” Ucap Renjana.

Keesokan harinya, Renjana berniat untuk mendatangi taman kemarin. Taman dimana dirinya tidak sengaja bertemu dengan Akara. Entah mengapa, Renjana merasa yakin kalau Akara akan mendatangi taman itu kembali. Setelah Renjana mengelilingi area taman tersebut, dirinya seperti melihat seseorang yang mirip sekali dengan Akara. Entah keberanian datang darimana, Renjana menghampiri seseorang tersebut yang sedang membaca buku sambil mendengarkan musik ditelinganya. “Halo, Akara?” Sapa Renjana kepada orang tersebut. “Renjana?” Jawab orang tersebut sambil menoleh ke arah Renjana. Ternyata benar, seseorang tersebut adalah Akara Anantara Atma. “Bolehkah aku duduk?” Tanya Renjana dengan tersenyum sangat manis. “Silakan saja.” Ucap Akara.

Gugup. Itulah yang dirasakan Renjana saat ini. Dirinya bingung harus memulai percakapan darimana. Namun, akhirnya ia memberanikan diri untuk memulai percakapan. “Maaf, kemarin aku pergi begitu saja tanpa pamit.” Ucap Renjana dengan nada bersalah. “Tidak masalah Renjana, aku rasa kamu kaget dengan pertemuan kita setelah bertahun-tahun tidak berjumpa.” Ucap Akara dengan tersenyum. “Sejujurnya, aku takut untuk melihat wajahmu kembali.” Ucap Renjana kepada Akara. “Kenapa Renjana?” Tanya Akara dengan raut wajah yang serius. “Karena nyatanya untuk menyebut namamu kembali saja aku tidak sanggup, apalagi melihat wajahmu.” Ucap Renjana dengan tersenyum pahit.

Runtuh sudah pertahanan Renjana saat mengatakan hal tersebut. Dirinya dengan sekuat tenaga menahan air mata yang ingin membasahi wajah manisnya. Renjana tidak ingin Akara mengetahui dirinya menangis. “Aku akan menjawab semua pengakuan tentang perasaan kamu ke aku Renjana.” Ucap Akara dengan nada serius. Bagai disambar petir, dirinya kaget mendengar kalimat yang diucapkan oleh Akara. Namun, ia berusaha menyembunyikan wajah kagetnya dari Akara. “Silahkan saja Akara, apapun jawaban yang kamu berikan untuk aku, aku siap untuk menerimanya.” Ucap Renjana dengan nada yakin.

Sejujurnya Renjana tidak siap dengan jawaban yang diberikan oleh Akara. Tetapi, ia penasaran akan jawaban tersebut. “Maaf Renjana, aku tidak bisa membalas perasaanmu, karena aku sudah menemukan perempuan lain yang membuat hariku selalu istimewa.” Ucap Akara dengan nada bersalah. “Baiklah Akara, aku terima jawabanmu, semoga kamu selalu bahagia dengan perempuan yang kamu pilih untuk menetap di hatimu selamanya. Aku pamit ya Akara.” Ucap Renjana sambil berusaha menahan air matanya.

Jawaban yang diberikan oleh Akara membuat hati Renjana sakit berkeping-keping. Pemikirannya selama ini benar, Akara tidak pernah bisa membalas perasaannya. Nyatanya Akara memilih perempuan lain untuk menetap di hati Akara selamanya. Renjana menyesal karena dirinya penasaran dengan jawaban yang diberikan oleh Akara. Karena jawaban tersebut membuat hati Renjana sangat sakit. “Bahagia selalu Akara. Terima kasih telah membuat hari aku selalu berwarna. Terima kasih karena kamu telah mengajari aku apa arti cinta yang sesungguhnya. Aku akan berusaha melupakan kamu dan mengikhlaskan kamu bersanding dengan perempuan lain. Sampai bertemu kembali Akara di kehidupan selanjutnya.” Ucap Renjana kepada langit malam.

“Mencintai paling sempurna yaitu dengan mengikhlaskan dia memilih orang lain yang lebih dicintainya. Dengan kata lain, merelakan dia bahagia bersama pilihannya.” – Renjana Amerta

Cerpen dengan judul "Aku, Kamu dan Sekolah Waktu Itu (Part 2)", telah berhasil dimoderasi dan lolos ditayangkan oleh tim editor.

Cerpen Aku, Kamu dan Sekolah Waktu Itu (Part 2) merupakan cerita pendek karangan Depita Maharani, agan dapat mengunjungi profil penulis untuk membaca karya-karya cerpen terbaru miliknya. Baca juga cerpen seputar Cinta, atau cerpen menarik lainnya dari Depita Maharani.


Cerpen ini telah berhasil ditayangkan sekitar: 1 tahun yang lalu. Bagaimana menurutmu gengs? apakah agan menyukai tulisan cerpen dari Depita Maharani? jika agan menyukai cerpen ini, silahkan tulis pendapatmu di kolom komentar ya gengs.


Jika dirasa cerpen ini bermanfaat, jangan lupa sebarkan cerpen ini ke medsos atau langsung klik tombol sebarkan ya gengs! 🫰.

Promosi Via Guest Post!

Buat agan & sista, jika ingin mempromosikan produk bisnismu melalui tulisan (guest post-content placement), silahkan baca terlebih dahulu tentang aturan dan kebijakan guest post 👉 di sini 👈

Hai gansis! 🧑‍🦱🧑‍🦰 Yuk coba seru-seruan bareng komunitas dengan menggunakan asisten AI cerdas. Caranya sangat mudah, cukup dengan memberikan tagar dan mention [#tagargpt & @balasgpt] pada balasan agan dan sista di sini.

25 Fitur Terbaru: Kuis AI, Pelajaran Sekolah AI, Latihan Soal AI, Jawaban Soal AI dan masih banyak lagi fitur menarik lainnya.


Hanya pengguna VIP yang sudah terdaftar dan memiliki akun lencana terverifikasi

Dilarang mengirimkan pesan promosi, link, spam dsbg. Namun jika agan ingin menyisipkan link (promosi), silahkan pergi ke halaman hubungi moderator kami. Berkomentarlah dengan bijak dan sesuai topik yang ada. Untuk informasi selengkapnya, silahkan baca aturan di sini.

Komentar